Dari Gaza ke Stasiun Gambir, Ammar Berjuang Melanjutkan Hidup

DIRIKAN CAFE: Pemilik kafe asal Palestina Ammar Abu Ali menunjukkan dekorasi bendera Palestina di kafenya di Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa (5/11/2024). --

Harapan Takkan Sirna

Sebagai seorang pribumi Palestina, harapan Ammar supaya agresi Israel ke Jalur Gaza bisa berakhir semakin membuncah. Untungnya, harapan dia juga ada di benak banyak orang di dunia, tak terkecuali di Indonesia yang bersatu padu terus membela Palestina.

Ammar pun terharu terhadap solidaritas Palestina yang ditunjukkan kepadanya oleh para pelanggan yang menikmati hidangan di Elite’s Cafe.

Meski dirinya mengakui bahwa setelah di Indonesia hidupnya lebih aman, Ammar berharap supaya bisa segera kembali ke Gaza begitu perang berakhir.

Ia mau membangun hidupnya kembali di Gaza dan memulai kembali salah satu cita-cita besarnya, yaitu membangun rumah sendiri. Ammar berkata, ia sebenarnya sudah menjadwalkan konstruksi dimulai Januari tahun ini, namun sayangnya tak bisa dilaksanakan karena rumahnya diserang Israel.

“Saya bahkan sudah bertemu dengan kontraktor, arsitek, dan perancang bangunannya. Saya sudah sepakat pembangunan rumah saya dimulai Januari,” kata dia saat menceritakan persiapannya membangun rumah kala itu.

Apabila takdir berkehendak lain dan ia terpaksa harus tinggal lebih lama di Indonesia, ia memastikan akan mengikuti aturan imigrasi yang berlaku. Namun, Ammar menegaskan tak akan sekalipun menyerahkan paspor Palestinanya dan menanggalkan kewarganegaraan Palestinanya.

Ini persoalan harga diri dan harapan untuk kembali ke Tanah Air, kata dia.

Ia berkata bahwa permintaan rakyat Palestina di tengah-tengah agresi Israel ini tak muluk-muluk. Mereka hanya ingin supaya tidak ada standar ganda di dunia dan keadilan ditegakkan bagi semua pihak, khususnya terhadap Israel sebagai negara agresor.

Tindakan Israel yang semakin keterlaluan harus mendapat konsekuensi hukum dari organisasi internasional dan komunitas dunia, kata dia.

Ammar juga berharap supaya boikot produk-produk Israel dan pro-Zionisme di Indonesia semakin diperkuat, karena menurut dia langkah saat ini masih belum cukup. Ia mencontohkan, boikot global berhasil meruntuhkan rezim Apartheid di Afrika Selatan pada 1990-an lalu.

“Boikot harus diperkuat, sekuat boikot dunia terhadap Afrika Selatan di era Apartheid dulu,” kata Ammar.

Stasiun Gambir menjadi saksi keuletan hati Ammar dan keluarganya yang berusaha tetap melanjutkan hidup meski di tengah kebimbangan hati akibat kekejaman Israel yang terus merongrong negeri Palestina.

Tentu tak akan padam harapan Ammar maupun semua warga Palestina dan semua orang di dunia yang mendamba perdamaian, yaitu supaya serangan Israel bisa berakhir dan sang pemilik Tanah Air bisa kembali pulang membina kembali negaranya. (*)

Tag
Share