Memperkenalkan Seni Budaya Indonesia Kepada Masyarakat Umum
LOMBA PERAGAAN BUSANA: Salah satu peserta lomba peragaan busana di Festival Silang Budaya Indonesia Chapter 3 di George Town, Pulau Pinang, Malaysia, Minggu (1/12/2024). FOTO : ANTARA/VIRNA P SETYORINI--
Ahli Dewan Undangan Negeri (ADUN) Komtar Teh Lai Heng yang hadir membuka festival tersebut menyatakan kagum karena kegiatan tersebut terlaksana karena adanya kerja sama yang baik dengan berbagai universitas di Malaysia. Festival itu diadakan adalah untuk memperkenalkan seni budaya Indonesia kepada masyarakat umum.
Ia berharap, festival yang akan datang, pihak Jawatan Kuasa Persatuan (PPI UT Pokjar Penang) bisa bekerja sama yang baik dengan universitas yang ada dan dapat memperkenalkan budaya satu sama lain.
Di Malaysia dikenal busana kebaya karena merupakan simbol perpaduan. Kebaya terdiri dari baju panjang dipadankan dengan kain songket atau kain batik.
Dari segi tarian, Malaysia ada tari Zapin, Joget, Tari Kipas dan sebagainya.
Apa yang ingin dikukuhkan antara Indonesia dan Malaysia adalah pertukaran budaya yang sebenarnya. Program ini dapat termasuk seni budaya dan pertunjukan tradisional sekaligus.
“Kita dapat berkolaborasi melestarikan warisan budaya bersama,” ujar dia, seraya berharap tahun depan kegiatan dapat diteruskan dengan lebih meriah dengan menambahkan budaya Malaysia sehingga hubungan dua negara semakin akrab.
Pelaksanaan Festival
Dalam penyelenggaraan Festival Silang Budaya Indonesia -Malaysia, PPI UT Penang berkolaborasi dengan PPI dari University Utara Malaysia, University Sains Malaysia, AlbukhoryInternational University, Kolej University Islam Perlis, Universitas Terbuka Kelompok Belajar Kuala Lumpur, Universitas Terbuka Kelompok Belajar Johor.
Selain dihadiri dan dibuka oleh ADUN Komtar Teh Lai Heng dan Konjen RI Penang Wanton Saragih, hadir pula Direktur Universitas Terbuka Medan Yasir Riady, ratusan mahasiswa UT Pokjar Penang yang juga merupakan para pekerja migran Indonesia di Penang, serta komunitas hingga perwakilan organisasi masyarakat Indonesia yang ada di sana.
Kegiatan yang dimulai sekitar pukul 11.30 waktu Malaysia (pukul 10.30 WIB) itu mempersembahkan sejumlah tarian seperti Tari Kesatria, Tanjung Gumirang, penampilan Teater Roro Jonggrang, Tari Tor-tor, dan Tari Dayak dari Komunitas Sesa.
Lalu, ada juga penampilan angklung dan Tari Gendewo Pinentang oleh mahasiswa Indonesia di Albukhory International University (AIU)
Dari Sanggar Tari Panglima mempersembahkan Tari Jaipong dan Tari Remong, PPI Universiti Utara Malaysia (UUM) mempersembahkan Tari Kipas, Tarian Spirit of Bali ditampilkan PPI UT Pokjar Johor. Sedangkan penampilan kolaborasi dilakukan PPI wilayah Utara yakni dari UT Penang, UT Johor, AIU dan UUM sebagai penutup.
Salah satu peserta lomba peragaan busana di Festival Silang Budaya Indonesia Chapter 3 di Festival Silang Budaya Indonesia-Malaysia Chapter 3 yang mengangkat tema "Satukan Langkah untuk Lestarikan Warisan Bangsa" itu juga disisipi dengan sosialisasi Konsuler dan Imigrasi dari KJRI Penang, serta penampilan band dari The Tepeneo. Selain itu, ada pula lomba peragaan busana yang mendapat sokongan dari mereka yang hadir.
Ketua PPI Pokjar Penang Desy Nur Fadhila mengungkapkan kebanyakan dari mahasiswa UT di Penang merupakan pekerja migran Indonesia yang bekerja 12 jam per hari. Di luar dari waktu itu, mereka berada di tempat tinggal masing-masing, sehingga dapat membagi waktu untuk ikut kuliah secara daring karena fleksibel.
Untuk membuat festival tersebut, teman-teman panitia acara di PPI UT Pokjar Penang tentu juga menemukan tantangan, karena harus mengumpulkan empat forum, mulai dari pekerja migran hingga mahasiswa dari universitas dengan wilayah yang jauh.