Transformasi Pertanian Tradisional ke Modern Diharapkan Dapat Meningkatkan Produksi dan Efisiensi

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. FOTO: ANTARA/Rubby Jovan--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa transformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern merupakan langkah yang mutlak dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan produksi.

Transformasi ini diperkirakan dapat menekan biaya produksi hingga 50 persen dan meningkatkan hasil pertanian hingga 100 persen.
Untuk mewujudkan hal ini, Kementerian Pertanian (Kementan) telah membangun berbagai klaster pertanian modern di sejumlah wilayah di Indonesia.

Klaster-klaster ini dirancang untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi tinggi mulai dari hulu hingga hilir, menjadikan pertanian Indonesia sejajar dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Vietnam, China, dan Thailand.
“Kami sedang membangun klaster pertanian dari hulu ke hilir dengan teknologi tinggi. Ini adalah langkah besar yang sedang dilakukan di berbagai daerah,” kata Amran dalam acara bertajuk Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Tantangan dan Peluang di Era Baru di Jakarta.

BACA JUGA:Kementerian Pertanian Siapkan Empat Juta Vaksin untuk Tangani Wabah PMK

BACA JUGA:Sungai Bersih, Hasil Perkebunan dan Pertanian Milik Warga Lancar

Klaster pertanian modern ini sudah mulai diterapkan di beberapa daerah seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Papua Selatan.

Pemerintah menargetkan bahwa pada 2025, luas area yang telah diterapkan transformasi pertanian modern bisa mencapai antara 500 hingga 1 juta hektare.

Dengan adanya klaster ini, Amran optimistis Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia.
“Target kami tahun ini adalah antara 500 hingga 1 juta hektare. Kami berharap ini bisa tercapai tanpa halangan. Prosesnya sudah berjalan dan kami terus mempercepat transformasi ini,” ujar Amran.
Amran juga memberikan contoh konkret dari Papua, di mana lahan pertanian yang sebelumnya tidak produktif kini mulai dioptimalkan dengan pendekatan berbasis teknologi.

Salah satunya adalah di Merauke, di mana lahan tidur telah dibangkitkan kembali dengan teknologi yang memungkinkan pengolahan lahan yang besar dalam waktu yang sangat efisien.

Dengan teknologi tinggi, satu hektare lahan bisa dikelola hanya dalam 2 hingga 4 jam.
"Di Merauke, dulu lahan tidur telah kami optimalkan. Dengan teknologi, mengolah 1 hektare hanya memerlukan 2-4 jam. Jika mengandalkan cara manual, prosesnya akan memakan waktu hingga 20 tahun," jelas Amran.
Selain itu, peran generasi muda dalam sektor pertanian juga sangat diperhatikan. Amran menyebutkan bahwa sebanyak 27 ribu orang muda telah mendaftar dalam Brigade Swasembada sebagai petani.

Banyaknya minat generasi muda ini menunjukkan bahwa pertanian modern memberikan peluang yang menguntungkan, dengan pendapatan yang bisa mencapai Rp20 juta per bulan.

BACA JUGA:Pertanian Distribusi Terbesar Ekonomi Jambi

BACA JUGA:Ekspor Bumbu Rendang Berpengaruh Positif pada Sektor Pertanian
“Di Merauke, anak-anak muda terlibat dalam pertanian modern. Mereka tertarik karena hasilnya menguntungkan dan menggunakan teknologi tinggi. Misalnya, di Aceh mereka bisa menghasilkan Rp20 juta. Ini adalah bukti bahwa pertanian modern menjanjikan masa depan yang cerah bagi generasi muda,” kata Amran.
Dengan berbagai upaya tersebut, transformasi pertanian di Indonesia diharapkan tidak hanya mengoptimalkan potensi lokal, tetapi juga menjadikan negara ini sebagai kekuatan besar di sektor pangan global. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan