Jejak Budaya yang Tetap Lestari di Sentani

PERAJIN LUKISAN KULIT KAYU: Mama Martha Ohee perajin lukisan kulit kayu di galeri miliknya yang beralamat di Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. --

Makna budaya yang mendalam pada lukisan kulit kayu ini telah membukakan jalan bagi Mama Martha, hingga dirinya telah bertemu secara langsung dengan figur pemimpin negara atau Presiden Republik Indonesia, yakni Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.

Karena itu, Mama Martha sangat bersyukur kepada Tuhan atas karunia talenta yang diberikan.

Untuk menjaga kelangsungan Khombouw, berbagai upaya dilakukan oleh Mama Martha, yakni memberikan pelatihan bagi generasi usia 20 tahun, dengan harapan budaya ini akan tetap terjaga.

Selain itu, ada juga berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat hingga lembaga kebudayaan. Saat ini, salah satu langkah penting yang menunjukkan kepedulian pemerintah pada kekayaan budaya tradisional dan upaya pelestariannya adalah pengusulan Khombouw sebagai warisan budaya tak benda nasional oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua.

Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura Fred Modouw mengemukakan usulan ini bertujuan untuk mendapatkan pengakuan resmi dan perlindungan terhadap Khombouw, serta mendorong regenerasi agar kaum muda tetap melestarikan budaya leluhur.

Khombouw bukan hanya sekadar budaya, tetapi menjadi bagian dari sisi kehidupan nyata masyarakat Suku Sentani, yang dituangkan dalam sebuah karya seni yang indah.

Pemerintah Kabupaten Jayapura melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secara rutin menggelar Festival Danau Sentani (FDS) yang merupakan salah satu dari beragan upaya untuk mengangkat budaya asli Suku Sentani.

Salah satu budaya yang selalu dan wajib dihadirkan dalam FDS adalah seni melukis di atas kulit kayu, yang pada awal pelaksanan FDS pertama di 2008 telah memperoleh pengakuan rekor dunia kulit kayu terpanjang, yakni 100 meter, hasil karya dari Martha Ohee dan Agus Ongge.

Lukisan kulit kayu dari Kampung Asei Besar memiliki daya tarik budaya dan wisata yang tinggi, sehingga kampung ini secara rutin menerima kunjungan dari wisatawan mancanegara, selain wisatawan Nusantara.

Pemerintah sangat mengapresiasi upaya pelestarian budaya yang dilakukan oleh masyarakat di Kampung Asei Besar, dan saat ini kerajinan dari kulit kayu atau Khombouw telah menjadi bagian dari sumber perekonomian masyarakat setempat.

Hampir semua masyarakat di Kampung Asei Besar melukis. Para dari orang tua, orang lanjut usia, dewasa, hingga anak-anak kecil, sudah mahir melukis di kulit kayu. Kenyataan itu menjadi kekayaan budaya yang unik dan tidak dimiliki suku lain di Papua, bahkan Indonesia.

Dengan motif khas yang memiliki makna mendalam, Khombouw telah menjadi bagian dari perjalanan hidup masyarakat Sentani sejak lahir hingga wafat.

Dengan diusulkannya Khombouw sebagai warisan budaya tak benda nasional, harapan besar terkandung di dalamnya, yakni agar seni tradisi ini dapat terus hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Keindahan dan filosofi Khombouw adalah bukti bahwa seni dan budaya memiliki peran penting dalam membangun identitas suatu bangsa. Oleh karena itu, melestarikan Khombouw berarti juga menjaga warisan budaya Papua agar tetap hidup sepanjang masa. (ant)

 

Tag
Share