Terdapat 157 Jenis Mangrove yang Ada di Dunia, Membentang di Dua Wilayah
SEJUK: Pengunjung saat menikmati kesejukan alami di Kebun Raya Mangrove Surabaya. FOTO: ANTARA --
Tak hanya sebagai kawasan konservasi, kawasan KRM Surabaya juga dapat dimanfaatkan sebagai wisata edukasi pada pengunjung terhadap pentingnya ekosistem mangrove bagi kehidupan. Apalagi seperempat luasan mangrove di dunia berada di Indonesia.
Mangrove menjadi pelindung bagi ekosistem yang ada di pesisir. Produksi dan kelestarian ikan tangkap dan budidaya sangat tergantung pada keutuhan mangrove. Tak hanya itu, kayu hasil tebangan hutan mangrove telah lama digunakan sebagai bahan baku arang yang dikenal dengan istilah bioenergy.
Selain itu, mangrove juga memiliki peran melakukan pembersihan air berbagai pencemar termasuk logam berat (bioremediation). Ekosistem mangrove dipercaya dapat menjadi penyaring alami yang membebaskan badan air dari kontaminasi senyawa berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan manusia dan biota lainnya.
Sejak diresmikan pada Juli lalu, kunjungan ke KRM Surabaya terus mengalami peningkatan. Pada mulanya rata-rata kunjungan per minggunya mencapai 700 orang, kemudian setelah peresmian, jumlahnya meningkat signifikan hingga berkisar di angka 2.000 pengunjung dalam sepekan.
DKPP Surabaya menyebut peningkatan tersebut juga disebabkan dampak promosi tidak langsung yang dilakukan masyarakat melalui media sosial.
"Misalnya mereka datang ke Surabaya, merekam dan mengunggah videonya di media sosial. Itu juga turut mempengaruhi peningkatan kunjungan ke KRM Surabaya," jelas dia lagi.
Selain itu, peningkatan kunjungan juga dipengaruhi kedatangan rombongan pelajar dari sekolah-sekolah di Surabaya maupun pergurun tinggi dalam rangka pengenalan lingkungan, hingga penelitian seputar mangrove.
Seperti halnya yang dilakukan oleh para pelajar kelas 8 SMP Negeri 40 Surabaya yang mengunjungi mangrove dalam rangka implementasi Profil Pelajar Pancasila.
Selama berada di lokasi itu, para pelajar diarahkan untuk mengenali berbagai jenis mangrove dan manfaatnya bagi lingkungan. Seorang pelajar SMP Negeri 40, Jovia Kezia, merasa kegiatan kunjung ke KRM sangat menguntungkan baginya karena bisa meningkatkan pengetahuan dan pemahaman soal keseimbangan alam.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya juga membangun berbagai wahana wisata di lokasi itu, seperti ATV, perahu bebek, buggy car, sepeda listrik, hingga menara pantau. Pemkot menerapkan pembayaran tiket melalui pembelian bibit mangrove, yakni pada wahana perahu bebek.
Tujuannya agar masyarakat bisa terlibat dalam upaya penanaman mangrove. Juga dibuka jasa penyewaan buggy car, mobil bertenaga listrik ramah lingkungan yang siap membawa pengunjung menyusuri kawasan KRM. Ada lima jenis buggy yang disewakan dengan harga Rp150.000 hingga Rp300.000 dengan durasi satu jam.
Pengelola juga menyediakan kendaraan roda dua jenis listrik yang bisa dimanfaatkan pengunjung mengitari kawasan itu, dengan tarif sewa sebesar Rp50.000 per jam.
Tak hanya itu, di KRM juga memiliki wisata susur sungai dengan menaiki perahu kayu, dengan tarif Rp25.000 per penumpang. Wahana tersebut menghadirkan pengalaman berbeda, pengunjung dibawa menyusuri sungai sepanjang 1,5 kilometer, dari dermaga di KRM menuju bagian muara yang langsung mengarah ke laut dengan menghadirkan pengalaman berbeda.
Wisatawan juga bisa melihat pemandangan berbagai satwa liar di sana, mulai kera ekor panjang yang melompat dari atas pohon mangrove ke sungai, biawak, ikan glodok, hingga sejumlah jenis burung.
Butuh sekitar 40 menit jika kondisi air sedang pasang untuk menyusuri area perairan di KRM, sedangkan jika kondisi surut, waktunya bisa lebih panjang, sekitar 50 menit.