Memecahkan Masalah, Bisa Diterima Semua Kalangan

MEDIATOR KONFLIK: Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani (kanan) saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak di Kantor PM Inggris di Downing Street 10, London, Inggris, pada 5 Mei 2023. FOTO: ANTARA/ALICE HODGSON/DOWNING STREET 10 VIA FLICKR --

Untuk itu Oman yang menawarkan diri menjadi mediator Hamas-Israel pun langsung menjadi pilihan mereka.

Masalahnya, Hamas tak mungkin memilih Oman, meskipun negara ini netral sampai menjadi salah satu tempat yang memfasilitasi perundingan normalisasi hubungan diplomatik antara Saudi dan Iran. Oman sulit menjadi mediator karena tak punya pengaruh terhadap Hamas.

Sebaliknya, Qatar lebih diterima oleh Hamas yang memang tergantung secara politik dan finansial kepada negara yang menjadi salah satu dari empat negara terkaya di dunia.

Qatar-lah yang menampung pemimpin-pemimpin Hamas ketika terusir dari Suriah pada 2012, setelah Hamas menentang pemerintah Bashar al-Assad dalam perang saudara Suriah.

Uang dari Qatar juga yang membantu pemerintahan di Jalur Gaza terus berjalan.

Israel sendiri tak terlalu mempercayai Qatar, tapi negara itu sebenarnya memelihara kontak dengan Qatar, lewat kantor dagang. Alhasil, Qatar dipilih menjadi mediator.

Lagi pula, AS yang memiliki pangkalan di Qatar, sulit menolak Qatar. Sudah begitu, resume Qatar dalam memfasilitasi perundingan damai terlalu menarik untuk diabaikan.

Komitmen Finansial

Namun, kadang-kadang sikap Qatar yang menerima siapa pun, dari Hamas, Ikhwanul Muslimin, sampai Taliban dan tokoh-tokoh Islam politik di Timur Tengah, membuat marah tetangga-tetangganya di Teluk.

Kemarahan itu pernah memuncak menjadi konflik diplomatik dengan Arab Saudi yang disusul dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, terutama karena simpati Qatar kepada revolusi Arab Spring yang menumbangkan sejumlah diktator di Timur Tengah.

Qatar juga dikritik karena dekat dengan Iran dan Turki yang tak terlalu dipercayai banyak negara Arab.

Baru pada 2021, konflik diplomatik antara Qatar dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya berakhir.

Semua itu ternyata makin menguatkan citra netral Qatar, sehingga makin dilihat sebagai mediator paling pas untuk menegosiasikan apa pun, termasuk jeda kemanusiaan di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel, baru-baru ini.

Kelebihan lain Qatar adalah kemampuannya dalam memberikan komitmen finansial kepada pihak-pihak berkonflik untuk memulihkan atau rekonstruksi pascakonflik.

Dalam proses mediasi sendiri, rekonstruksi pascakonflik memang sangat penting dan harus diutamakan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan