Memecahkan Masalah, Bisa Diterima Semua Kalangan
MEDIATOR KONFLIK: Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani (kanan) saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak di Kantor PM Inggris di Downing Street 10, London, Inggris, pada 5 Mei 2023. FOTO: ANTARA/ALICE HODGSON/DOWNING STREET 10 VIA FLICKR --
Sejumlah penelitian menunjukkan mediasi yang disertai komitmen membantu secara finansial pihak-pihak terlibat konflik, menjadi mediasi yang selalu lebih baik hasilnya.
Qatar sendiri tidak hanya menjembatani pihak-pihak bertikai, namun juga menjanjikan bantuan untuk yang berkonflik.
Di Afghanistan, misalnya, Qatar memberikan bantuan senilai 50 juta dolar AS (Rp771 miliar) untuk pemerintah Taliban, selain 188 ton pangan dan obat-obatan, serta mengirimkan teknisi untuk memperbaiki Bandara Internasional Kabul.
Qatar juga menjadi salah satu donatur besar untuk Palestina. Untuk Jalur Gaza saja, dari 2012-2018, Qatar memberikan bantuan sebesar 1 miliar dolar AS (Rp15,4 triliun).
Demikian pula dengan Lebanon yang setelah perjanjian 2008 mendapatkan bantuan Qatar dalam mendanai proyek-proyek rekonstruksi Lebanon.
Dengan cara itu, daya tarik Qatar di mata negara-negara atau pihak-pihak yang diperantarai negara Teluk itu menjadi kian tinggi.
Qatar mengajarkan bahwa untuk menjadi mediator yang efektif, modalnya adalah netralitas dan kesanggupan membantu secara finansial pihak-pihak bertikai.
Tanpa dua hal itu sulit menjadi penengah yang baik, sehingga mendamaikan pihak-pihak bertikai pun menjadi lebih sulit. (ant)