DOSEN UNIVERSITAS JAMBI RAIH HIBAH PENGABDIAN MASYARAKAT 2025
Paparan PKM Universitas Jambi tentang air bersih dan sampah terkelola yang menjadi fokus utama.--
AIR BERSIH DAN SAMPAH TERKELOLA FOKUS UTAMA
JAMBIEKSPRES.CO - Universitas Jambi, kembali menorehkan prestasi membanggakan di tahun 2025. Beberapa dosen diantaranya, Fitri Widiastuti.,S.E.,M.M, Ners. Nurhusna, S.Kep., M.Kep, Putri Irwanti Sari, S.Kep., M.Kep, berhasil meraih hibah pendanaan pengabdian kepada masyarakat dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan. Program yang diusung mengangkat tema “Air Bersih, Sampah Terkelola: Membangun Ekonomi Berkelanjutan Melalui Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa” dan dilaksanakan di Desa Kemuning, Kecamatan Bram Itam Kanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi bukan sekadar slogan, melainkan ikhtiar nyata untuk menjawab kebutuhan mendasar warga sekaligus membangun fondasi ekonomi berkelanjutan di tingkat lokal.
Desa ini dipilih karena masih menghadapi persoalan keterbatasan akses air bersih serta pengelolaan sampah yang belum optimal. Desa Kemuning kerap menghadapi persoalan air bersih. Sumber air warga sebagian besar berasal dari sumur atau tadahan hujan. Namun kualitasnya belum selalu layak untuk dikonsumsi langsung. Air keruh, bercampur lumpur, atau berasa payau sering menjadi keluhan. Kondisi ini berimplikasi pada kesehatan masyarakat, terutama anak-anak. Selain persoalan air, sampah juga menjadi tantangan klasik. Sampah rumah tangga yang menumpuk di pekarangan atau dibakar sembarangan tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga mengganggu kesehatan.

Warga Desa Kemuning Kecamatan Bram Itam Kanan Kabupaten Tanjabbar yang menjadi program PKM Universitas Jambi--
Melihat situasi tersebut, tim pengabdian mengundang Narasumber Dr. Ns. Andi Subandi, S.Kep., M.Kes., Koordinator Pusat Studi Manajemen Bencana dan Krisis Kesehatan untuk memberikan edukasi dan membantu warga mengajarkan langsung cara pembuatan filter air murah, mudah dirakit, namun efektif untuk menyaring kotoran sehingga menghasilkan air jernih yang layak konsumsi. Lebih dari sekadar alat, pengetahuan ini ditransfer agar warga bisa mandiri dalam memproduksinya. Mahasiswa juga dilibatkan mengajarkan warga untuk memilah sampah sejak dari rumah. Sampah organik diolah menjadi kompos dengan menggunkan alat sederhana yakni komposter, alat atau tempat untuk mengolah sampah organik menjadi kompos melalui proses dekomposisi atau penguraian yang dipercepat oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk kebun sayur keluarga atau dijual.
BACA JUGA:UNJA Gelar Workshop AI dalam Penulisan SLR, Dorong Pemanfaatan Teknologi untuk Kemajuan Akademik
BACA JUGA:UNJA Cetak Sejarah dengan Raih 4 Rekor MURI Sekaligus
Selama pelaksanaannya, Narasumber, dosen dan mahasiswa terjun langsung ke masyarakat untuk mengedukasi, melatih, dan mendampingi warga. Mahasiswa berperan sebagai agen perubahan, mahasiswa mampu menjembatani ilmu pengetahuan dari kampus ke desa dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami serta menghadirkan inovasi sederhana namun berdampak nyata, seperti teknologi penjernihan air ramah lingkungan, hingga pemanfaatan sampah organik menjadi kompos.
Menurut Fitri, tujuan utama program ini adalah memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan. Air bersih dan pengelolaan sampah bukan hanya isu kesehatan dan lingkungan, tetapi juga peluang ekonomi. Dengan keterlibatan aktif masyarakat, terutama generasi muda, kita bisa mewujudkan ekonomi berkelanjutan yang berakar dari desa,” ujar Fitri (10/9) lalu.
Ini juga sejalan dengan cita-cita Pembangunan Nasional mendukung enam dari delapan cita-cita ASTA CITA yakni akses air bersih, cinta lingkungan, inklusi ekonomi, transformasi digital, pembangunan berkelanjutan, sekaligus peningkatan kualitas SDM.

Foto bersama--
“Keberhasilan memperoleh hibah pendanaan ini menjadi bukti komitmen dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada aspek pengabdian kepada masyarakat. Selain itu, kegiatan ini sejalan dengan misi perguruan tinggi dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat, serta mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), antara lain SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), SDG 11 (Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan), dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab),” jelasnya.
Respon masyarakat Desa Kemuning begitu positif. Kelompok ibu-ibu rumah tangga aktif dalam pelatihan pengolahan sampah menjadi kompos, sementara itu, tokoh masyarakat, perangkat desa, pemuda desa berperan dalam pembuatan filter air murah. Anak-anak pun dilibatkan melalui kegiatan edukatif tentang pentingnya menjaga kebersihan air dan lingkungan.
Harapannya, program ini bisa berlanjut menjadi ekonomi sirkular mengubah alur menjadi ambil, buat, gunakan, daur ulang, gunakan kembali di desa. Tidak hanya memperbaiki kualitas hidup, tetapi juga membuka peluang usaha baru yang berakar dari sumber daya lokal. Dari Desa Kemuning, langkah kecil dimulai: air bersih yang lebih layak, sampah yang tak lagi menjadi beban, mahasiswa yang bertransformasi menjadi agen perubahan, dan masyarakat yang semakin berdaya. Jejak perubahan ini menunjukkan, membangun Indonesia berkelanjutan bisa dimulai dari desa, dari masalah sederhana yang diubah menjadi peluang, dan dari sinergi antara ilmu pengetahuan, mahasiswa, dan masyarakat. (*)