Jalur Baru Kereta Cepat Terus Bertambah, Target 70 Ribu KM Pada 2035

JALUR BARU: Penumpang berpose di depan kereta cepat perdana untuk jalur Huangshang-Nanchang yang berangkat dari stasiun Nanchang Timur (Nanchangdong), provinsi Jiangxi China pada 27 Desember 2023. FOTO: ANTARA/DESCA LIDYA NATALIA --

Satu jalur yang baru dibuka pada 27 Desember 2023 adalah yang menghubungkan dua kota di China timur, yaitu Kota Huangshan di Provinsi Anhui dan Kota Nanchang di Provinsi Jiangxi, dengan jarak 288 kilometer menggunakan kereta berkecepatan 350 km/jam yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 40 menit. 

Ruas Huangshang-Nanchang sebenarnya adalah bagian dari rute Hangzhou-Nanchang sepanjang 560 km. Ruas Hangzhou-Huangshan sudah mulai beroperasi sejak akhir 2018, dilayani kereta cepat dengan kecepatan 250 km/jam.

Ada 10 stasiun yang dilewati, yaitu Nanchang Timur (Nanchangdong), Jinxianbei, Yugan, Poyang, Lepingbei, Jingdezhenbei, Furiangdong, Qimennan, Yixiandong, dan Huangshanbei.

Stasiun Jingdezhenbei dan Huangshanbei adalah stasiun lama yang diperbaharui, sedangkan sisanya adalah stasiun baru. Proses pembangunan rute baru juga telah dimulai sejak Oktober 2018.

Kereta perdana jalur Huangshang-Nanchang adalah bernomor G4012, yaitu dengan tipe CR400 AF atau disebut Fuxing EMU (Electric Multiple Unit) yang digadang-gadang hemat energi.

Kereta itu terdiri dari delapan gerbong, dengan gerbong "first class" ada di belakang lokomotif, sedangkan sisanya adalah gerbong "second class". Penumpang "first class" mendapatkan camilan dan minuman, sedangkan penumpang kelas dua dapat membeli makanan dan minuman di atas kereta.

Kereta berangkat dari Stasiun Nanchangdong (Nanchang Timur) di Distrik Qingshanhu, Kota Nanchang. Stasiun itu adalah stasiun baru, dengan luas bangunan 100 ribu meter persegi, dengan total lahan seluas 235 ribu meter persegi. Ada 8 peron dan 16 jalur di stasiun yang dapat menampung 6.000 penumpang dalam waktu yang sama.

Bangunan atas stasiun dibuat menyerupai burung yang terbang dengan fasad depan tiga lengkungan, dimana lengkungan tengah menjadi yang paling besar, sehingga tinggi kanopi yang tertinggi stasiun mencapai 49,82 meter yang memberikan kesan luas di ruang tunggu penumpang.

Saat pembukaan koridor Huangshan-Nanchang, sejumlah pertunjukkan juga ditampilkan di dalam kereta yang sedang melaju mulus, seperti tari liong, teater klasik Jiangxi, permainan musik erhu (alat musik gesek tradisional) maupun pertunjukan seni lainnya.

Meski diisi dengan berbagai pertunjukkan, perjalanan tetap berjalan mulus karena kereta jenis Fuxing menggunakan sistem suspensi ganda serta dilengkapi peredam, sehingga mampu meredam getaran dan suara di dalam kereta dengan lebih optimal.

Pertujukkan tersebut ditampilkan karena memang di sepanjang rute Huangshan-Nanchang, penumpang dapat mengunjungi lokasi-lokasi wisata.

Contohnya adalah Paviliun Tengwang di Nanchang, "ibu kota porselen" Kota Jingdezhen, Gunung Huangshan, yang sudah diakui sebagai Situs Warisan Budaya dan Alam Dunia UNESCO, Cagar Alam Nasional Danau Poyang, Desa Xidi, dan Desa Hongcun yang pernah menjadi lokasi film "Crouching Tiger", "Hidden Dragon", hingga Danau Barat yang ikonik di Hangzhou.

Wakil Direktur Kantor Pembangunan Kereta Komisi Pembangunan dan Reformasi Provinsi Anhui Fu Jiajia mengatakan dengan dibukanya ruas Nanchang-Huangshan dapat mendorong mobilisasi masyarakat di sepanjang rute, meningkatkan pembangunan industri pariwisata. Jalur baru juga diharapkan dapat menjadi gerbang bagi merek lokal mendapatkan akses pasar lebih luas lagi. 

Kendala transportasi memang menjadi hal yang dikeluhkan masyarakat maupun turis untuk mencapai kota-kota di Provinsi Jiangxi, maupun Anhui.

"Beberapa tahun lalu jalur kereta cepat Huangshan-Nanchang belum ada, tentu menjadi kendala turis maupun akademisi dari luar negeri untuk berkunjung ke Jingdezhen terhambat. Beberapa kali saya ingin berkunjung ke Jingdezhen terkait penelitian, tapi terkendala transportasi darat yang hanya ada kereta dengan waktu belasan jam, padahal itu sekitar 2018-2019," kata Nur Hardiansyah, akrab dipanggil Dian, salah seorang WNI, kepada ANTARA saat dihubungi dari Nanchang.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan