Baca Koran Jambi Ekspres Online

Perkuat Literasi Pangan Lewat Bacaan dan Kosakata Istilah, Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Foto bersama usai Diskusi Publik Integrasi Literasi dan Pendidikan Vokasi dalam Ekosistem Pangan Nasional --

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional yang menjadi prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan komitmennya untuk memperkuat literasi pangan lokal melalui berbagai inisiatif, termasuk penyediaan bahan bacaan tematik dan pengayaan kosakata istilah pangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikdasmen, Hafidz Muksin, menyampaikan bahwa literasi saat ini tidak lagi hanya dipahami sebagai kemampuan membaca dan menulis semata.

Lebih dari itu, literasi harus dimaknai sebagai kemampuan berpikir kritis, analitis, dan inovatif.

Dengan pendekatan ini, generasi muda Indonesia dapat dibekali tidak hanya dengan pengetahuan dasar, tetapi juga dorongan untuk menciptakan kebaruan—termasuk dalam sektor pangan yang strategis bagi kedaulatan bangsa.

“Dengan menyediakan bacaan-bacaan yang edukatif dan menarik, khususnya yang berhubungan dengan pangan lokal, kita ingin menanamkan ketertarikan anak-anak pada bidang ini sejak dini.

Harapannya, kelak mereka menjadi generasi yang mampu memanfaatkan kekayaan alam Indonesia untuk diproduksi dan didistribusikan seluas-luasnya demi kesejahteraan masyarakat,” ujar Hafidz dalam kegiatan Diskusi Publik bertajuk Integrasi Literasi dan Pendidikan Vokasi dalam Ekosistem Pangan Nasional, yang digelar di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta Pusat, Selasa (14/10).

Hafidz menambahkan, literasi pangan tidak hanya menyasar aspek konsumsi, tetapi juga mencakup pemahaman atas proses produksi, nilai ekonomi, hingga pengembangan inovasi dalam pengelolaan sumber daya pangan lokal.

Oleh karena itu, Badan Bahasa saat ini tengah mengembangkan berbagai bahan bacaan tematik yang dapat digunakan di sekolah dasar hingga menengah, termasuk lembaga pendidikan vokasi.

Lebih lanjut, dalam upaya meningkatkan daya literasi dan memperkuat aspek kebahasaan di bidang pangan, Badan Bahasa juga mendorong pengayaan kosakata melalui penambahan istilah-istilah pangan—baik dari bahasa lokal maupun asing—ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Menurut Hafidz, banyak istilah pangan tradisional maupun modern yang telah digunakan luas di masyarakat tetapi belum memiliki padanan atau definisi resmi dalam kamus nasional.

“Banyak istilah pangan dari bahasa daerah atau istilah teknis industri pangan yang belum terdokumentasi dengan baik. Kami sedang mengidentifikasi dan mengkaji istilah-istilah tersebut agar dapat dimasukkan ke dalam KBBI, sehingga masyarakat dan pelajar bisa memahami dan menggunakannya secara tepat,” jelasnya.

Di sisi lain, Badan Bahasa juga menjalin kerja sama lintas sektor, termasuk dengan pelaku dunia usaha dan dunia industri (DUDI), untuk memperkuat sinergi antara literasi pangan dan ketahanan pangan nasional.

Salah satu strategi utamanya adalah menyelaraskan materi pembelajaran dengan kebutuhan industri pangan, terutama di tingkat pendidikan vokasi dan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Kemitraan ini diharapkan dapat memperkuat kemampuan peserta didik tidak hanya dalam aspek teknis, tetapi juga dalam memahami konteks dan potensi pangan lokal sebagai sumber daya ekonomi yang bernilai tinggi.
Hafidz menyebutkan bahwa sinergi antara lembaga pendidikan, pelaku usaha, serta pemerintah daerah menjadi kunci dalam mengembangkan literasi yang relevan dan berdampak langsung terhadap pembangunan daerah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan