Rizal Ramli
Oleh : Dahlan Iskan--
RR ambil fakultas fisika. Hera di matematika –lantas pindah ke arsitektur.
RR tipe pacar yang setia. Saat meneruskan kuliah di Boston University, USA, sang pacar ditinggal di Bandung. Dua tahun kemudian RR pulang. Masih setia. Mereka menikah.
Kelak, ketika sudah punya dua anak, RR kembali ke Boston. Ia mengambil gelar doktor ekonomi.
Sang istri, Hera, menyusul ke sana –bersama Dhitta dan adiknyi, Dipo Satria Ramli. Enam tahun mereka tinggal di Boston. Hera tetap seorang arsitek. Dia sempat bekerja di kantor arsitek di Boston.
Saat Hera berumur 40-an tahun, hal yang tak terduga menimpanyi: kanker payudara. Keluar masuk rumah sakit. Dilakukanlah pemotongan. Sembuh. Keluarga pun tenang. Sampai lima tahun kemudian tidak ada tanda-tanda kankernya muncul lagi –salah satu pertanda berarti kankernyi sudah tidak akan kembali.
Dua tahun kemudian kanker itu ternyata kembali. Ke bagian lain: rahim. Tidak teratasi. Hera meninggal dunia di usia 50 tahun. Rumah yang saya datangi Minggu siang lalu adalah rancangan arsitek Hera. Desainnya minimalis. Ada kolam renang di halaman belakang.
RR menikah lagi dengan wanita Tionghoa: Liu Siaw Fung –Marijani. Tidak berlangsung lama. Liu meninggal dunia.
Di rumah duka itu tiap malam dilakukan doa. "Nanti malam ganti para kiai dari NU. Papa kan sangat dekat dengan NU," ujar Dhitta.
Tahlilan? "Terserah saja. Teman papa begitu banyak ragamnya," ujar Dhitta.
Malam sebelumnya adalah giliran alumni ITB. Sebelumnya lagi teman-temannya sesama aktivis pro-demokrasi. Tidak henti-hentinya.
Saat saya di rumah itu ada seorang penulis muda. Ia baru saja menulis buku tentang Rizal Ramli. Ia lulusan prodi sejarah Universitas Gadjah Mada. Spesialisasinya: biografi. Ia pengagum Rizal Ramli. Sejak tiga tahun lalu.
Namanya: Iryan Ali Herdiansyah. Judul bukunya: Pemimpin Amanah. Dengan subjudul: Seni Memimpin Rizal Ramli Membawa Angin Perubahan.
Saya diberi bukunya. Di jalan saya baca buku itu. Isinya bagus sekali menggambarkan cara berpikir dan bertindak Rizal Ramli. Sudah lebih 20 buku ia terbitkan.
"Menurut Anda, mengapa orang sehebat Pak Rizal Ramli tidak bisa jadi presiden?" tanya saya pada Iryan.
Ia terdiam agak lama.