Durian Kromo Tembus Toko Modern, Berat Bisa Mencapai 6-9 Kilogram

KEMBANGKAN DURIAN ORGANIK: Petani durian kromo Ganjar Budhi Setiaji (kanan) menjelaskan kepada Penjabat Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro (kiri) terkait dengan durian kromo yang dibudidayakan secara organik di kebun Tegar Galur, Desa Plana, Kecamatan S--

Pada awalnya, dia membudidayakan durian tersebut secara semi-organik, yakni 50 persen pupuk kimia dan 50 persen pupuk organik. Namun, sejak tahun 2023 sepenuhnya menggunakan pupuk organik yang diproduksi sendiri.

Pemenang Festival Durian Banyumas Tahun 2017 itu mengakui jika di atas lahan seluas 3 hektare tersebut saat ini terdapat 300 pohon durian dan sekitar 90 persen di antaranya merupakan durian kromo.

Seluruh tanaman durian tersebut diperlakukan dengan penuh perasaan karena tanaman juga merupakan makhluk hidup sehingga tetap harus mendapatkan perlakuan yang baik.

Ganjar mengaku sering kali mengajak tanaman duriannya untuk berbicara terutama pada pagi dan sore hari karena setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bicara meskipun dengan bahasa yang tidak dipahami oleh manusia.

Hal itu dilakukan karena dia meyakini jika setiap makhluk hidup diperlakukan dengan baik akan memberikan kebaikan pula bagi manusia.

Oleh karena itu, dia membatasi jumlah orang yang masuk kebun karena jika ada satu orang yang memegang buah durian, yang lainnya pun akan ikut memegangnya, dan hal tersebut bisa berdampak terhadap pertumbuhan buahnya.

Ia menduga hal itu disebabkan perasaan setiap orang terhadap tanaman berbeda-beda sehingga secara psikologis akan berdampak terhadap durian yang notabene merupakan makhluk hidup. Bahkan, dia mengaku punya bukti jika memperlakukan tanaman dengan setengah hati akan berdampak terhadap pertumbuhannya.

"Saya di sini punya musang king, secara hati saya memang tidak suka karena dia lokal Malaysia. Kenapa kita harus mengunggulkan durian musang king, sementara kita punya durian-durian lokal yang enak?" ujarnya.

Bisa jadi perlakuannya tidak sebaik pohon durian kromo, durian musang king tersebut tidak pernah berbuah. Padahal waktu tanamnya sama dengan durian lainnya yang ditanam dan menggunakan pupuk yang sama serta mendapat perlakuan yang sama. Oleh karena hatinya tidak senang terhadap musang king, tanaman durian tersebut sampai sekarang tidak pernah berbuah.

Ganjar menyatakan durian kromo memiliki keunggulan berupa buahnya besar seperti chanee namun rasa duriannya sangat kuat, manis dan sedikit agak pahit.

Berat sebuah durian kromo yang dibudidayakan secara organik itu bisa mencapai kisaran 6-9 kilogram dengan harga jual setara durian impor.

Oleh karena itulah, durian kromo organik yang dibudidayakan Ganjar saat sekarang mampu menembus sejumlah jaringan toko modern terkemuka di Indonesia. Dengan demikian, harga durian kromo organik relatif stabil meskipun durian lokal lainnya anjlok karena saat sekarang sedang panen raya.

Bahkan, saat sekarang dia telah menggandeng 35 petani di Kabupaten Banyumas dan Cilacap untuk bergabung dengan Paguyuban Tegar Galur guna memenuhi kebutuhan pasar durian tersebut. Hingga sekarang tanaman durian kromo yang dibudidayakan telah mencapai kisaran 3.500 pohon meskipun belum seluruhnya dilakukan secara organik penuh.

Terkait dengan durian bawor, Ganjar mengatakan hal itu hanyalah strategi pemasaran yang dilakukan oleh penjual bibit durian karena bawor merupakan akronim dari "batang bawah diwor", yakni menjadikan bibit durian yang masih berada di dalam polybag tersebut berkaki tiga dengan tujuan bisa menyerap sumber makanan ketika salah satu batangnya mengalami kendala.

Ketika bibit durian itu mulai membesar dan ukurannya seperti botol minuman kemasan, tiga batang bawah itu akan menyatu kembali. Teknik tersebut sebenarnya dibutuhkan saat pohon sudah membesar, bukan ketika masih dalam polybag.

Tag
Share