Merentang Batik Proklim di Kampung Keberagaman

BATIK PROKLIM: Seorang pembatik menunjukkan Batik Proklim karyanya di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (28/2/2024). FOTO : ANTARA/PUTU INDAH SAVITRI --

Cerita Penggiat Batik Proklim Lestari Merbabu Asih

Lebih dari sekadar menggoreskan canting pada kain, pengalaman membatik di Kampung Keberagaman ini menghadirkan nilai tambah melalui penggunaan bahan baku ramah lingkungan.

---

HENDAKLAH (setiap warga) menjadi penyejuk di tengah-tengah perbedaan. Hendaklah menapak di koridor tengah. Maka, dengan konsep itu, hiduplah rukun, berdampingan.” Demikian Agus Supriono, Ketua RW 08 Merbabu Asih, berpesan kepada warganya yang begitu beragam.

Pesan tersebut tampaknya telah tertanam di benak para warga Kampung Keberagaman Merbabu Asih. Kerukunan antarumat beragama terpampang begitu gamblang kala tawa dan canda terurai dari bibir seorang warga yang berjilbab bersama warga lainnya yang berkebaya marun, dengan gelang tridatu melingkari pergelangan tangannya.

Di atas pangkuan masing-masing, terdapat potongan kain dengan sketsa bertemakan lingkungan. Canting yang menyerupai wadah lem pun meliuk dengan anggun mengiringi obrolan kedua insan tersebut.

BACA JUGA:Mundur dari Soegi Bornean

BACA JUGA:MBKM Beri Kesempatan Mahasiswa Eksplor Pengalaman Luar Negeri

Sesekali, denting genta yang berasal dari Pura Agung Jati Permana memecah keheningan saat mereka terlampau fokus membatik, sampai-sampai tak sempat mengucap sepatah kata pun.

Bangunan ibadah umat Hindu tersebut hanya berjarak sejengkal dari pendopo tempat para pembatik biasa berkumpul. Di hadapannya terdapat bangunan Wreda milik umat Nasrani, dan hanya berjarak sepelemparan batu dari sana, berdiri Masjid As-Salam dan Vihara Bodhi Sejati.

Pemandangan tersebut tak hanya menyejukkan atmosfer di tengah gerahnya udara Kota Cirebon, tetapi juga mencerahkan suasana di bawah gelungan awan kelabu nan meneduhkan.

Keindahan inilah yang berusaha dijelmakan menjadi sebuah karya berupa Batik Proklim.

Batik Proklim

Agus Supriono yang juga penggagas Batik Proklim mengatakan bahwa ide membatik ini belum genap berusia 1 tahun. Kegiatan ini baru lahir pada pertengahan 2023 sebagai bagian dari program pemberdayaan perempuan, setelah Kampung Keberagaman ini didaulat sebagai Kampung Proklim Utama pada 2014 dan Proklim Lestari pada 2018.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan