Merentang Batik Proklim di Kampung Keberagaman

BATIK PROKLIM: Seorang pembatik menunjukkan Batik Proklim karyanya di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (28/2/2024). FOTO : ANTARA/PUTU INDAH SAVITRI --

Agus mengatakan bahwa durasi pembuatan seragam yang panjang diakibatkan oleh minimnya pembatik di Kampung Keberagaman ini. Agus mengatakan saat ini hanya terdapat 17 orang yang terdiri atas 15 orang pembatik,  seorang mentor, dan seorang penanggung jawab.Hal inilah yang mengakibatkan mereka terseok-seok dalam menyelesaikan permintaan. Bahkan, para pembatik belum bisa menerima pesanan yang datang dari berbagai instansi lantaran tak ingin memberi hasil yang kurang maksimal akibat kewalahan saat mengerjakan.Ia berharap dapat segera menambah personel guna mengakselerasi produksi Batik Proklim ini. Agus pun tak menampik kemungkinan hadirnya sentuhan teknologi agar dapat membantu para pembatik bekerja.

Agus melambungkan harapannya agar generasi muda di wilayah tersebut dapat turut memberikan inovasi dan membantu pemasaran Batik Proklim di berbagai platform e-commerce, dengan catatan setelah Batik Proklim ini sudah mampu berproduksi dengan ideal.

Yang saat ini sedang menyibukkan Agus adalah upaya Kampung Keberagaman untuk mematenkan Batik Proklim ini. Ia mengatakan dengan lantang dan bangga bahwasanya Batik Proklim berasal dari Kampung Keberagaman.

Peningkatan Ekonomi

Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ Ery Ridwan menjelaskan bahwa program membatik ramah lingkungan di Kampung Keberagaman merupakan perwujudan kepedulian PHE ONWJ terhadap lingkungan.

Penggunaan pewarna alami dalam membatik merupakan langkah nyata untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meminimalkan limbah.

Lebih dari sekadar menggoreskan canting pada kain, pengalaman membatik di Kampung Keberagaman ini menghadirkan nilai tambah melalui penggunaan bahan baku ramah lingkungan.

Selain itu, Ery juga meyakini bahwa membatik memiliki aspek peningkatan ekonomi masyarakat. Pasalnya, program ini memberdayakan ibu-ibu di Kampung Keberagaman dengan membekali mereka keterampilan membatik dan membuka peluang usaha baru.

Meskipun demikian, Ery, Agus, maupun para pembatik belum menargetkan buah perekonomian yang akan dipetik dari pengembangan Batik Proklim. Tiada yang berani sesumbar, tak pula ingin terlampau pesimistis.

Menurut mereka, Batik Proklim kini sedang fokus menumbuhkan diri agar bisa berdiri di kaki sendiri, di tengah keberagaman yang berada dalam jangkauan langkah. (ant)

 

Tag
Share