Optimalkan Segala Metode, Agar Dapat Data Terkini
PENGAMAT: Pengamat Gunung Api Ile Lewotolok, Jeffry Pugel melakukan pemeliharaan alat di stasiun repeater dekat Gunung Ile Werung, Lembata, NTT, Minggu (25/02/2024). FOTO: ANTARA/DOKUMENTASI PRIBADI --
Namun demikian, mereka tidak asal-asalan melakukan perbaikan, melainkan berpedoman pada standar operasional dan keamanan yang telah ditetapkan.
Pekerjaan itu tetap dilakukan, karena pengamat gunung api harus memastikan semua alat berfungsi baik sehingga bisa mengirimkan data gunung api.
Sebelum kejadian erupsi tahun 2020, koordinasi antara Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok dengan BPBD Lembata telah terjalin. Berbagai komunikasi dibangun, diantaranya bersama-sama melakukan sosialisasi terkait bahaya dan mitigasi gunung api.
Sosialisasi pun terus berjalan hingga kini dengan mengunjungi desa-desa yang masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB). Para pengamat gunung api juga dilibatkan dalam berbagai kegiatan terkait mitigasi bencana.
Peran penting
Tingkat aktivitas Gunung Ile Lewotolok kini telah dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) sejak 27 Februari 2024 karena adanya peningkatan aktivitas baik tinggi kolom erupsi dan asap, kemunculan aliran lava baru, dan letusan eksplosif yang masih berlangsung.
Erupsi gunung api tidak sebatas pada lontaran abu vulkanik yang keluar dari dalam kawah, namun bisa juga dalam bentuk gas atau aliran lava sesuai dengan sifat gunung api masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Pos Pengamatan Gunung Ile Lewotolok dari tanggal 16 hingga 26 Februari 2024, terlihat kemunculan aliran lava baru pada arah selatan dan tenggara.
Pada tanggal 26 Februari, hasil pantauan menunjukkan jarak aliran ke arah tenggara telah mencapai sekitar dua kilometer. Laju aliran lava terjadi cukup cepat, khususnya ke arah tenggara yang disebabkan morfologi lereng tenggara yang lebih curam.
Tak hanya itu, erupsi atau letusan eksplosif masih tetap berlangsung dengan jangkauan lontaran lava pijar dominan masih di sekitar area kawah, namun dapat juga menjangkau sejauh sekitar 500 meter keluar dari kawah.
PVMBG mencatat jumlah gempa meningkat pada periode itu, terutama gempa-gempa yang berasosiasi dengan aktivitas permukaan seperti gempa hembusan dan tremor non-harmonik. Hal itu mengindikasikan aktivitas vulkanik gunung berada pada kedalaman magmatik dangkal.
Selanjutnya, PVMBG juga mencatat sumber gempa vulkanik dangkal dan dalam berada di bawah Gunung Ile Lewotolok. Gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam yang masih terekam mengindikasikan masih adanya tekanan pada tubuh gunung api itu yang berkaitan dengan suplai fluida magmatik dangkal dan dalam.
Dari hasil evaluasi, PVMBG mengeluarkan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di sekitar gunung dalam radius dua kilometer.
Masyarakat Desa Lamawolo, Lamatokan, dan Jontona diimbau untuk mewaspadai potensi ancaman bahaya longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak gunung.
Khusus bagi masyarakat Desa Jontona dan Todanara, PVMBG merekomendasikan agar tidak memasuki dan melakukan aktivitas dalam wilayah sektoral selatan dan tenggara sejauh empat kilometer dari pusat aktivitas gunung.