Inflasi Akan Berlanjut Dipengaruhi Kenaikan Permintaan
Warga membawa beras yang didapatkan saat penyaluran bantuan pangan beras di Gudang Bulog Meger, Klaten, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. FOTO: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/rwa.--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky mengatakan inflasi masih akan berlanjut terutama dipengaruhi oleh kenaikan permintaan di bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri.
"Inflasi nampaknya masih akan berlanjut selain karena harga pangan memang di Maret ini juga inflasi ini dipengaruhi oleh kenaikan permintaan, jadi demand driver juga mempengaruhi," kata Riefky kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan ada dua faktor yang mempengaruhi peningkatan inflasi ke depan, yakni suplai dan permintaan. Dari sisi suplai, harga pangan beras dan berbagai komoditas lainnya masih cukup tinggi. Di sisi lain, tekanan permintaan (demand) juga cukup tinggi. Kedua faktor inilah yang mendorong inflasi akan tetap naik.
Menurut dia, jika dari sisi permintaan, sebetulnya inflasi yang didorong permintaan ini (demand-driven) cukup baik, artinya kondisi itu memicu kenaikan aktivitas ekonomi. Tapi yang dari sisi suplai, kenaikan harga bahan pokok itu dapat menggerus daya beli masyarakat.
BACA JUGA:Pemkab Muarojambi Usulkan 3.184 PPPK
BACA JUGA:Bantuan Mulai Dikirim Pekan Depan
"Jadi kedua faktor ini memang perlu dipertimbangkan dalam estimasi angka inflasi ke depannya," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya yang dibutuhkan untuk menekan inflasi di antaranya melakukan impor dan menjaga kecukupan stok pangan.
Namun, memang dampak dari El Nino masih cukup besar, dan ke depannya perlu diintensifikasikan kembali impor produk-produk yang memang diperlukan untuk menjaga harga pangan tetap terkendali.
Selanjutnya, dalam rangka menjaga inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2024 agar tetap dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan menempuh tujuh langkah strategis pengendalian inflasi 2024 yakni melaksanakan kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten dengan upaya mendukung pengendalian inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Langkah strategis berikutnya adalah mengendalikan inflasi kelompok volatile food agar dapat terkendali di bawah 5 persen, dengan fokus pada komoditas beras, aneka cabai, dan aneka bawang.
Pemerintah juga sepakat untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan untuk memitigasi risiko jangka pendek, termasuk mengantisipasi pergeseran musim panen dan peningkatan permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional.
Lebih lanjut, pemerintah juga akan memperkuat ketahanan pangan melalui upaya peningkatan produktivitas dan hilirisasi pangan; dan memperkuat ketersediaan data pasokan pangan untuk mendukung perumusan kebijakan pengendalian inflasi.
Selain itu, upaya strategis yang disepakati juga untuk memperkuat sinergi Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah antara lain melalui GNPIP; serta memperkuat komunikasi untuk menjaga ekspektasi inflasi. (ant)