Anak Jadi Pihak Rentan Terkena Radang Telinga Tengah
Seorang dokter memeriksa pasien di Posko Kesehatan, Kelurahan Talang Jambe--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dokter spesialis ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, bedah kepala dan leher dr. Rangga Rayendra Saleh, Sp.THTBKL, Subsp.Oto(K), menyebut anak-anak menjadi pihak yang sering rentan terkena otitis media atau penyakit radang telinga tengah.
“Radang telinga tengah adalah proses peradangan yang terjadi pada rongga yang ada di belakang gendang telinga. Dia ada di balik gendang telinga, dan karena otitis media ini banyak macamnya, makanya penting untuk dibedakan apakah akut atau kronik dan apa disebabkan oleh infeksi atau bukan karena pengobatannya akan berbeda” kata dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tersebut dalam diskusi daring di Jakarta.
Anak rentan terkena radang telinga tengah karena bentuk ventilasi saluran pernafasan yang menghubungkan telinga dengan hidung anak, memiliki ukuran yang relatif lebih pendek dibanding orang dewasa.
BACA JUGA:MK Pertimbangkan Hadirkan 3 Menteri
BACA JUGA:PHPU Terbanyak, Perludem Soroti Penyelenggara Pemilu di Papua Tengah
Selain itu, posisi saluran tersebut lebih horizontal. Apabila ada infeksi pada saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh bakteri atau virus, fungsi dari ventilasi saluran tersebut menjadi mudah terganggu.
“Pada akhirnya kalau ventilasi terganggu akan terjadi peradangan pada telinga tengah. Jadi, sebetulnya, peradangan pada telinga tengah itu adalah satu efek akibat dari penyakit biasanya di hidung begitu,” ucap Rangga.
Adapun jenis otitis media yang paling sering ditemukan pada anak adalah otitis media akut (AOM), yang dapat terjadi dengan cepat dan berlangsung setidaknya selama seminggu.
Hal yang perlu dilakukan orang tua untuk mencegah terjadinya infeksi keparahan lainnya akibat radang telinga tengah adalah segera membawa anak bertemu dengan dokter yang bersangkutan untuk mendapat tata laksana medis yang sesuai.
Rangga meminta agar orang tua tidak menyepelekan berbagai gejala yang membuat anak merasa tidak nyaman. Sebab, untuk mengidentifikasi gangguan pendengaran pada anak, para dokter membutuhkan informasi lebih lanjut dari orang tua.
Dia turut menganjurkan agar orang tua membawa anak untuk diperiksa di rumah sakit setiap enam bulan sekali dengan tujuan menjaga fungsi pendengaran anak tetap sehat dan tidak terkendala mengikuti berbagai aktivitas sehari-hari.
“Kita tahu anak seringkali tidak mengeluh mengenai gangguan pendengaran. Kalau misal nyeri atau demam gampang teridentifikasi, tapi, kalau gangguan pendengaran? Pada dewasa saja kadang sulit, apalagi anak-anak selama dia bisa main, dia tidak mengeluh,” kata Rangga. (ant)