Proses Rekonstruksi Seusai Operasi Kanker Lidah
Ilustrasi -- Tim dokter melakukan operasi pada pasien. (Pexels/Anna Shvets)--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dokter spesialis bedah onkologi Diani Kartini menjelaskan bahwa proses rekonstruksi perlu dilakukan seusai penderita kanker lidah menjalani operasi pengangkatan kanker yang mencakup pemotongan bagian lidah.
"Semakin dini pasien datang ke dokter, maka lidah yang terbuang tidak banyak. Kalau lidah terbuang cukup banyak, tentu ada rekonstruksi atau membuat lidah kembali," kata anggota Kelompok Staf Medis Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu dalam acara daring.
"Tentunya sensasi tidak sama (layaknya lidah asli), tapi bisa membantu pasien makan dan berbicara," ia menambahkan.
Apabila kanker belum sampai mengisi seluruh bagian lidah, Diani menyampaikan, maka dokter dapat menggunakan lapisan dalam pipi lokal yang datar sebagai bahan rekonstruksi.
Namun, ia melanjutkan, jika operasi memerlukan pengambilan jaringan lidah lebih besar maka bahan rekonstruksi dapat diambil dari bagian tubuh lain, yang kemudian pembuluh darahnya disambungkan ke lidah.
Diani menjelaskan, proses rekonstruksi usai operasi kanker lidah melibatkan tim medis yang dapat terdiri atas dokter gigi, dokter radioterapi, hingga ahli rehabilitasi medik yang bertugas melatih pasien berbicara dan menelan setelah prosedur rekonstruksi.
Ia menyampaikan bahwa rehabilitasi medik merupakan bagian penting dalam proses rekonstruksi seusai operasi kanker lidah.
Menurut dia, penting bagi pasien untuk sejak awal berkonsultasi dengan dokter mengenai otot yang akan diambil untuk rekonstruksi hingga rencana rehabilitasi yang akan dijalankan.
Meskipun fisiologis lidah mungkin tidak dapat kembali sebagaimana semula setelah operasi dan rekonstruksi, ia menjelaskan, rehabilitasi dapat membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari seperti berbicara dan menelan makanan dengan lebih baik.
"Karena bukan lidah baru jadi harus dilatih bicara, menggerakkan lidah, menelan makanan. Secara fisiologis kembali ke semula enggak, tapi bisa membantu pasien dalam melakukan aktivitas," kata Diani. (ant)