Jumat, 22 Nov 2024
Network
Beranda
Berita Utama
Terkini
Disway
Jambi Bisnis
Jambi Raya
Metropolis
Olahraga
Pendidikan
Hiburan
Advertorial
Society
Opini
Buser
Nasional
Internasional
Politik
Gaya Hidup
Viral
Network
Beranda
Pendidikan
Detail Artikel
Kertas Kematian
Reporter:
Adriansyah
|
Editor:
Adriansyah
|
Kamis , 09 Nov 2023 - 19:57
kertas kematian oleh : raa tsania di kalangan komunitas blok a, ada rumor mistis yang tidak terelakkan. selama ini blok itu hidup tenteram, sebab memang tak banyak populasi mereka yang bersemayam di sana karena pemilik rumah adalah sosok yang bersih. sudah seminggu setengah dari populasi memilih sembunyi di kediaman masing-masing, membicarakan rumor mistis tentang banyaknya bagian dari mereka yang hilang di jam makan siang. dan jumlah yang hilang tidaklah sedikit. ketua komunitas kebingungan mencari sebab masalah. dia dan anak buahnya sudah seharian menyelidiki sekuat tenaga. nihil. meski mereka melotot memperhatikan seisi rumah. hari ini, hilang lagi sepuluh! populasi mereka semakin sedikit. harafaya, istri ketua komunitas, semakin risau. anaknya yang izin pergi main, tidak kunjung pulang sejak semalam. di hari kedelapan rumor itu, dengan tekad luar biasa, saat ketua yang tidak mengizinkannya ikut pencarian melakukan rapat darurat di kediaman mereka, dia mencari anaknya. harafaya menyusuri tiap sudut rumah, bahkan gelas sikat gigi juga dia cek teliti. sejam, tidak ketemu juga. dia hampir menyerah dan menangis mengingat anaknya yang masih muda. harafaya tiba-tiba terkesiap. teringat. mereka punya tempat berkumpul privat, dipakai untuk rapat penting, tempat yang selalu bau. mereka sudah lama tidak ke sana karena sebulan terakhir populasi di rumah ini begitu tenteram. pasti hanya lokasi itu yang belum dicek, sebab berada di luar ruangan dan tidak boleh tersentuh tanpa persetujuan ketua. bisa jadi tak satu pun dari mereka mengingat tempat itu. harafaya segera menuju ke sana, dan… benar! di sana dia menemukan beberapa tetangga dan anaknya terkulai lemas di atas kertas! tanpa pikir panjang, harafaya langsung terbang menuju anaknya. "jangan kemari, ibu!" terlambat. harafaya sudah mendarat. dia tiba-tiba merasakan kakinya tidak bisa digerakkan. harafaya menatap cemas anaknya yang terkulai dengan sayap dan kaki setengah hilang. "apa... apa yang terjadi, rouka?" "kita akan mati, ibu. segeralah pergi!" rouka memekik, bernapas setengah-setengah. sudah hampir sebelas jam dia menahan perih karena sayap dan kaki yang patah, juga kelaparan. "tidak! apa maksudmu?" harafaya tidak menyadari kakinya makin lengket, sayapnya yang terkulai pun ikut beku di atas kertas. dia mengulurkan tangannya yang bebas untuk menyentuh kepala rouka dan menatap wajahnya. "ini kertas kematian, ibu. harusnya ibu pergi sebelum perekatnya semakin kuat." "mengapa kau bisa di sini?" "semalam saat hendak main, temanku hilang, bu. aku berinisiatif mencarinya kemari, dia bilang bahwa dia penasaran dengan ruang rapat." harafaya mulai terisak. "kenapa kau begitu nakal main hingga kemari? sudah tahu banyak rumor hilangnya populasi kita, kenapa nekat!" harafaya membentak, dia berusaha memeluk sang anak namun kesulitan. "ibu... pergi saja.... inilah yang membuat banyak dari kita hilang, bu. mereka terbunuh di sini. aku dan tetangga kita...." rouka terbatuk kering. "jangan paksa dirimu bicara." harafaya tersedu-sedu menatap, tidak sangka cara inilah yang merenggut nyawa sang anak. rouka menggeleng, tersenyum lemah. mengais napas yang putus-putus. "aku bertahan karena tahu, ibuku akan selalu menemukan aku." setelah mengatakan itu, rouka menutup matanya, terkulai lemas, dan napasnya berhenti. harafaya menjerit melihat anaknya yang meregang nyawa. semenit setelah meraung-raung, harafaya mengusap air matanya. dia menatap sekitar. banyak dari mereka yang mati, dia mengenali semuanya. harafaya kebingungan, kertas apa ini? baunya menyengat. kenapa bisa membuat mereka beku begini? harafaya berusaha menarik kakinya namun tidak tergerak. ujung sayapnya patah saat dia mengangkatnya. harafaya meringis. matilah dia, semua yang menempel di sini sudah mati. dia sendiri butuh pertolongan. siapalah yang akan kemari? kali ini harafaya berharap suaminya menyadari hilangnya dirinya. meski dia nanti akan dimarahi, biarlah, dia tidak mau mati di sini. tidak di tempat mengenaskan ini. setengah jam kemudian, harafaya kehilangan tenaga. dia tidak mau memaksa kakinya. bisa putus. dan dia tidak boleh terkulai di permukaan kertas, atau itulah akhir hidupnya. "apakah aku akan mati?" harafaya berbicara pada dirinya sendiri, memandang sedih kakinya yang membeku. sepuluh menit kemudian, harafaya yang sudah tua dan kehilangan tenaga, hampir hilang kesadaran karena terus berdiri. dia pasrah. namun dari kejauhan terdengar dengungan suaminya dan rombongan! dia mengais sisa tenaga, meraung sekuat mungkin. "di sini!" "harafaya!" ketua terbang secepat mungkin mendengar suara istrinya, ke tempat yang belum mereka sentuh sebulan belakangan. kayu di sebelah kandang kucing! benar saja, istri dan anaknya terperangkap di sana. ketua hampir mendarat, namun istrinya cepat mencegah. "jangan mendarat! ini daerah berbahaya. anak kita ... sudah pergi karena terjebak di sini. tarik aku!" ketua berteriak memanggil yang lainnya. dia meraih tangan istrinya, diikuti rekan lain menarik kaki harafaya dari belakang. harafaya menahan perih kakinya yang hampir putus. tarikan itu berlanjut sampai barisan ke-12, membentuk garis sepanjang delapan senti. harafaya harus siap merelakan kakinya. "tarik lebih cepat!" pekiknya, membuat semuanya mengerahkan seluruh tenaga. dan... putus! kedua kaki harafaya tertinggal, namun dia terlepas seraya memeluk suaminya yang terbang dan mendarat di luar kertas. "aku selamat," ujar harafaya terisak. "tapi tidak dengan rouka dan puluhan tetangga kita." "kau… hidup." harafaya masih menangis. rombongan mengerubung melihat dan mendengar cerita, sebelum kemudian dibubarkan langkah besar manusia. "apa-apaan ini? mereka berkumpul di sebelahnya tapi tidak lengket? apa mereka ini kurang bagus?" harafaya berdenging saat manusia itu pergi. dia tertatih, dibantu suaminya bersembunyi. "pasti dia yang meletakkan itu untuk memusnahkan kita. ayo, pergi dari sini!" hwarai yang duduk di halaman belakang sambil bermain pasir, menggumam melihat kumpulan lalat itu, menguap. lalat saja bisa punya kisah, masa dia manusia mau flat saja? dia dengar semua percakapan mereka! hwarai mendecak sebal. padahal cuma kisah lalat terperangkap di lem gajah. dia beranjak, di sini sudah tidak menarik lagi. kakaknya baru mengacaukan kisah dramatis itu. tentang penulis raa tsania adalah nama pena dari aisyah tsania tushifa putri fuadi. lahir di padang, 22 maret 2008. hobi menulis cerpen sejak bangku sekolah dasar. aktivitas kesehariannya bisa dilihat di akun instagram @xx_rtsn dan twitter @fxjaeern.
1
2
3
4
»
Tag
# kertas kematian
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Jambi Ekspres 10 November 2023
Berita Terkini
Dinkes Provinsi Jambi Peringati HKN ke-60
Society
8 jam
Pascasarjana UNJA Dorong Peningkatan Kinerja melalui Workshop Pemanfaatan Aplikasi Kerja Sama
Society
8 jam
Kesiapan Kota Jambi Sukseskan Pilkada Serentak, Pj Walikota Perkuat Sinergi
Metropolis
8 jam
Pemkot Tunggu Tawaran Adendum Terkait Rencana Peralihan Pengelolaan JCC
Metropolis
8 jam
Realisasi Belanja Pemprov Baru 65 Persen, Pemprov Kejar Waktu 1 Bulan Tersisa
Metropolis
9 jam
Berita Terpopuler
Harga Emas Antam Kembali Naik pada Kamis 21 November, Sentuh Rp1,508 Juta per Gram
Terkini
20 jam
Hasil Survei Terbaru Charta Politika, Dillah-Muslimin Unggul di Tanjabtim
Politik
9 jam
Harga Pangan Kembali Naik, Bawang Merah Tembus Rp39.720 per Kilogram
Terkini
21 jam
Rupiah Tertekan di Tengah Ketegangan Konflik Ukraina-Rusia dan Kebijakan Ekonomi Indonesia
Terkini
19 jam
Sebagian Wilayah Indonesia Diprakirakan Hujan Berintensitas Beragam
Terkini
22 jam
Berita Pilihan
Makanan Bersantan Sebaiknya Tidak Dipanaskan Berulang, Ini Saran Dokter
Gaya Hidup
2 minggu
Ko Apex Kekasih Dinar Candy Jalani Sidang Perdana Kasus Pemalsuan Dokumen dan Penggelapan
Buser
2 bulan
VIRAL! Siswi SMP di Kota Jambi jadi Korban Perundungan, Disundut Rokok hingga Disiram Minuman
Buser
2 bulan
Investor Mesti Kebut Jalan Khusus, Walau Ada Hambatan di Pembebasan Lahan
Berita Utama
2 bulan
Pj Bupati/Walikota dan Calon Petahana Diminta Jangan Libatkan ASN di Pilkada
Politik
2 bulan