Penguatan Solo Raya, Konsep Lama Disulap Jadi Modern
TAMAN PRACIMA TUIN: Kerabat Pura Mangkunegaran berjalan diarea Taman Pracima Tuin di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (21/1/2023). FOTO: ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA/HP --
Oleh karena itu, dua kota tersebut harus segera berbenah untuk mengatasi segala permasalahan, termasuk menyiapkan berbagai kebutuhan menuju metropolitan.
Siapkan yang Terbaik
Sebagai orang nomor satu di Kota Solo, Gibran merasa bertanggung jawab untuk memajukan Solo dengan tidak meninggalkan akar budaya. Beberapa sektor yang disiapkan, di antaranya pusat pendidikan, pusat kesehatan, hingga kesiapan transportasi.
"Kami persiapkan yang terbaik," katanya.
Di bidang pendidikan, Pemerintah berupaya menyediakan sekolah dengan fasilitas yang memadai. Selanjutnya, dari sisi kesehatan, perlu pembaruan dan modernisasi sarana prasarana serta alat kesehatan.
Untuk transportasi juga harus terintegrasi, khususnya dengan daerah sekitar dan daerah harus mampu memberikan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat.
Gibran berpandangan metropolitan baru bisa terselenggara dengan baik jika terjalin kerja sama dengan kabupaten-kabupaten lain yang ada di sekitar Solo. Kerja sama itu bisa dilakukan dari berbagai sektor, di antaranya transportasi publik, pariwisata, dan penyelenggaraan acara.
Kolaborasi dengan daerah sekitar menjadi salah satu modal utama mengingat Solo tidak bisa sendiri tanpa daerah penyangga. Daerah penyangga Solo, di antaranya Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, Klaten, Wonogiri, dan Sragen.
"Kami harus mengejar juga untuk memperbaiki, merevitalisasi sarana dan prasarana," katanya.
Pemkot Surakarta juga sudah menuangkan konsep kota metropolitan ke dalam Rencana Pembangunan Daerah Jangka Panjang Kota Surakarta Tahun 2024 -- 2044.
Sekretaris Daerah Kota Surakarta Budi Murtono mengatakan dari RPJPD 2024-2044, Solo akan diarahkan sebagai kota penghubung untuk pertumbuhan Jawa Tengah, termasuk cetak biru perkembangan industri di Kota Solo sudah tercantum di situ.
Penguatan Solo Raya
Soal kota metropolitan, pegiat wisata Solo Daryono mengatakan hinterland atau kota penyangga memegang peranan penting. Dengan luasan 46,72 km2 Solo tidak bisa sendiri. Perlu pemahaman dan kerja bersama untuk mencapai metropolitan.
Program tersebut harus menjadi prioritas pemda. Jika tidak menjadi prioritas dan ada pemahaman bersama maka tidak akan mungkin terjadi karena pembangunan berbasis kewilayahan menjadi hal penting.
Ia mencontohkan dari sisi MICE, Solo tidak memiliki gedung pertemuan berkapasitas besar. Bahkan untuk membangun pun, Solo sudah tidak memiliki lahan. Oleh karena itu, perlu dorongan kepada daerah penyangga agar membuat gedung pertemuan berkapasitas besar sebagai pelengkap fasilitas yang ada di Solo.