Kehidupan Sederhana Tak Membuat Margalena Putus Sekolah

BERPRESTASI: Yazid, salah satu anak berprestasi yang mendapatkan beasiswa dari PT Medco E&P Malaka saat bermain didepan rumahnya di Desa Blang Nisam, Kecamatan Indra Makmur, Kabupaten Aceh Timur, Kamis (9/5/2024). FOTO: ANTARA/HAYATURRAHMAH --

Kisah Para Siswa Ukir Prestasi di Tengah Kendala Ekonomi

Margalena, siswi SD Negeri 1 Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alaman, Kabupaten Aceh Timur, tak pernah lelah belajar. Beragam lomba di tingkat desa hingga kecamatan diikutinya dan dia pun selalu keluar sebagai juara. 

---

MARGALENA kini duduk di Kelas 4 SD, dan sejak Kelas 1 SD, dia selalu meraih peringkat pertama di sekolah.

“Saya selalu belajar dengan tekun agar dapat terus berprestasi. Keinginan saya adalah suatu saat dapat mengangkat derajat hidup saya dan keluarga, sekaligus memberikan kebanggaan kepada orang tua dan daerah saya,” ujar Margalena pada akhir Mei lalu.

Provinsi Aceh adalah salah satu daerah dengan tingkat putus sekolah yang cukup tinggi di Indonesia. Angka putus sekolah pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) di Aceh mengalami kenaikan pada dua tahun terakhir di tahun ajaran 2021/2022 dan 2022/2023.

Berdasarkan Pusat Data dan Teknologi Informasi pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), anak putus sekolah tingkat SD di Aceh pada periode tahun ajaran tersebut mencapai 1.861 anak. Angka tersebut meningkat dari tahun ajaran 2021/2022 mencapai 801 anak, naik menjadi 1.061 anak putus sekolah pada tahun ajaran 2022/2023.

BACA JUGA:5 Bacakada Kantongi Rekom PPP Untuk Maju di Pilkada Serentak 2024

BACA JUGA:Ketua PPK Sumay dan Tengah Ilir Tebo Dituntut 1,8 Tahun Penjara

Jumlah anak putus sekolah tersebut tersebar di 23 kabupaten dan kota di provinsi paling barat di Indonesia itu. Sedangkan, daerah yang paling tinggi angka putus sekolah tingkat SD adalah Kabupaten Aceh Tenggara, yakni mencapai 290 anak. Kemudian di tempat kedua ada Kabupaten Aceh Timur, dengan angka putus sekolah sebanyak 267 anak.

Himpitan ekonomi seringkali jadi alasan seorang anak tidak melanjutkan sekolah. Padalah, pendidikan adalah salah satu modal untuk seseorang bisa memperbaiki taraf hidupnya. Ironisnya, di Aceh tingkat putus sekolah paling banyak terjadi pada anak kelas 1 dan kelas 6. Padahal, tidak sedikit anak-anak yang putus sekolah tersebut sebenarnya adalah anak yang cerdas dan berprestasi.

Sementara itu, pemerintah daerah memiliki keterbatasan anggaran untuk mengatasi masalah putus sekolah yang erat kaitannya dengan tingkat kemiskinan. Tanpa ada keterlibatan dari pihak swasta, masalah ini tidak akan bisa diatasi sendiri oleh pemerintah.

Margalena merupakan anak dari pasangan Hasan Basri dan Nilawati. Keluarga ini hidup sangat sederhana di desa. Hasan yang kini berusia 43 tahun, adalah seorang petugas kebersihan yang sekaligus mengurus pohon sawit di sekolah. Sejak kecil, Margalena memang sudah akrab dengan dunia perkebunan karena sang ayah yang bekerja di sektor ini.

Kehidupan mereka yang sederhana tak membuat Margalena putus semangat bersekolah dan mengejar pendidikan. Cita-citanya sungguh mulia: menjadi seorang pendidik, guru ataupun dosen. Kegigihan dan ketekunan dalam belajar dan mengejar cita-cita inilah yang membuat Margalena tumbuh menjadi pelajar berprestasi yang akhirnya berkesempatan mendapatkan beasiswa dari PT Medco E & P Malaka (Medco E&P) berupa bantuan biaya sekolah dan penyediaan perlengkapan belajar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan