Punya 3 Laboratorium, Pencahayaan Kapal Serupa Studio film

TUR DI KAPAL: Sejumlah pewarta mengikuti tur di Kapal OceanXplorer saat berlabuh di Pelabuhan Teluk Bayur, Minggu. --

"Kita bisa mempelajari tentang biota laut, apa yang kita punya di laut Indonesia. Kedatangan kapal ini tidak hanya misi riset, tapi ada misi edukasi, misi media, dan misi pengembangan kapasitas untuk orang-orang Indonesia terutama untuk para mahasiswa dan peneliti," Kata Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Kemenko Marves, Aniza Suspita.

Aniza menjelaskan pada tahap pertama eksplorasi, periset yang tergabung dalam “Misi Indonesia 2024” telah memetakan lebih dari 7.500 kilometer persegi dasar laut Indonesia, memfasilitasi penyelaman pertama dengan kapal selam bagi semua periset asal Indonesia yang terlibat, survei dengan memanfaatkan ROV dan kamera pertama di lokasi asal tsunami tahun 2004, mengamati karang laut dalam selama penyelaman, dan menemukan rembesan hidrotermal dan termogenik di dasar laut.

Tahap kedua, Misi Indonesia 2024 melanjutkan penelitian oseanografi dan geofisika yang dilakukan pada tahap pertama dan menambahkan fokus penting pada keanekaragaman hayati.

"Fokus khusus pada babak kedua ini adalah pengelolaan perikanan di area Sumatera Barat, tempat OceanXplorer mengerahkan berbagai metode serta teknologi guna membantu memahami dan mengarakterisasi spesies ikan, megafauna, ekosistem terumbu karang, dan laut dalam guna meneliti ekosistem laut dan keanekaragaman hayati di perairan tersebut," jelasnya.

Selama survei udara megafauna, OceanX menemukan ratusan lumba-lumba, Paus Omura, ikan pari manta samudera, dan tempat hiu karang bermukim.

Riset Kelautan untuk Penanganan Kebencanaan

 Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN Nugroho Dwi Hananto menjelaskan selama penelitian dengan OceanXplorer, pihaknya menemukan gunung api di bagian utara Aceh yang aktif.

"Ada gunung api di utara Aceh yang aktif karena ada aktivitas hidrothermal di sana. Di situ muncul kehidupan karena dari interaksi itu ada amineral yang terendapkan, ada berbagai macam zat kimia yang memungkinkan kehidupan di sana. Jadi kita temukan banyak kehidupan seperti kepiting, udang, dan lain-lain," kata Nugroho saat diskusi tanya jawab di ruang rapat Kapal OceanXplorer di Teluk Bayur Padang.

 Hasil penelitian yang didapat dari utara Aceh itu diharapkan bisa diterapkan di Sumatera Barat, khususnya Mentawai.

Ia mengungkapkan di lepas pantai Bengkulu ada gundukan besar yang dulu pernah disebut sebagai gunung api bawah laut.

"Penemuan ini nanti jadi objek penelitian, dalam ekspedisi ini juga untuk memetakan secara lebih lengkap badan gunungnya. Apakah akan kita bisa jumpai keanekaragaman hayati di sana dan bagaimana efeknya terhadap perikanan di sekitar situ, apakah ada fenomena upwelling dan seterusnya," katanya.

Selanjutnya Kapal OceanXplorer juga akan meneliti di Zona Megathrust Mentawai, mulai dari segmen Andaman ke Aceh dan Aceh ke Mentawai.

Nugroho menyebut ada Mentawai Gap, yakni daerah geologi aktif zona subduksi Sumatera-Andaman yang belum pernah mengalami gempa besar dalam 200 tahun terakhir.

"Ada daerah yang tidak mengalami gempa besar selama 200 tahun terakhir, yang katanya akan berpotensi ke depan. Nah kita tahu, inilah yang kita cari melalui pengamatan ROV, pengambilan sampel, sedimen. Dari sana kita bisa melihat bagaimana ini di masa lalu. Kita lihat masa lalu kemudian kita bisa memperkirakan ke masa depan," jelasnya.

Penjabat Wali Kota Padang Andre Algamar, yang juga diundang mengunjungi kapal, mengapresiasi kegiatan OceanX bersama Kemenko Marves dan BRIN dalam melakukan penelitian di laut yang bakal memberikan informasi dan referensi baru bagi Kota Padang.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan