Prof Provokasi
Oleh : Dahlan Iskan--
Mobilitas terbatas.
Tugas tambahan begitu banyak.
Serba tiba-tiba.
Serba darurat.
Jumlah pasien melahirkan sedikit. Itu pun pakai penanganan khusus: melahirkan di saat Covid.
Tugas pembimbingan tidak bisa lancar. Eighty punya akal: bikin maneken. Untuk praktik para calon spesialis itu. Praktik bedah caesar.
Maka tiga mahasiswa yang dia bimbing diminta bikin maneken. Kerja sama dengan Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya. ITS memang punya unit spesialisasi teknologi alat-alat kesehatan.
Jadilah maneken itu. Calon spesialis obgyn bisa praktik operasi caesar di maneken itu.
Inilah maneken pertama di Indonesia untuk praktik bedah caesar. Bahan bakunya lateks silikon. Untung ada Covid.
Selama ini spesialis obgyn belajar dengan cara melihat senior mereka melakukan bedah caesar. Lalu jadi asisten. Sejak ada maneken mahasiswa PPDS tersebut sudah bisa pegang pisau.
Kelemahan maneken ini: ketika perutnya diiris tidak bisa menyatu lagi untuk diiris oleh mahasiswa berikutnya.
Harus dilem dulu.
Mereka belum menemukan bahannya. Mungkin para ahli kimia, ahli new material dan ahli modifikasi bisa membantu.
Eighty diminta membuat dua lagi. Untuk FK UB Malang dan Unlam Banjarmasin. Biayanya ditanggung Kemendikbud. Hanya sekitar Rp 200 juta.
Semua dokter tentu ingin jadi spesialis. Waktu itu Eighty pesimistis. Dia tidak punya cukup uang. Tidak mungkin membebankannya pada ortu. Pun tidak punya keluarga dokter. Sulit dapat rekomendasi masuk spesialis.