Kandidat Masih Saling Intai di Pilwako Jambi 2024, Belum Satupun Tetapkan Pasangan
Ilustrasi Pilkada Serentak 2024--
Ada pula nama Raden Ridwan Mukhtar yang berlatar belakang pengusaha. Selain menjadi keterwakilan anak muda, pria yang akrab disapa bang Muk Ridwan dinilai miliki basis diwilayah seberang Kota Jambi.
Dari kalangan politisi ada nama Budiyako, anggota DPRD Provinsi Jambi. Ia merupakan politisi Gerindra yang dinilai memiliki basis masa di Kota Jambi.
BACA JUGA:Maulana Mengaku Dilahirkan Gerindra, Berharap Kembali Diusung di Pilwako Jambi 2024
BACA JUGA:Anggaran Pilwako Jambi Rp. 24 Miliar
Ada juga Roro Nully Kurniasih Kawuri wakil Ketua DPC Demokrat Kota Jambi. Selain karena basis, Roro juga potensial karena merupakan Wakil Ketua DPRD Kota Jambi. Ia juga adalah satu-satunya politisi perempuan yang siap turun gelanggang pada Pilwako Jambi.
Nama Cecep Suryana juga tidak kalah seksi. Politisi PDI Perjuangan ini memiliki jejaring dan massa militan. Selian karena mantan aktivis, Cecep telah terlibat banyak pertarungan dan sudah mengerti betul bagaimana memenangkan pecaturan politik, khususnya Kota Jambi.
Tidak ketinggalan nama Tommy Alba yang juga merupakan kader Partai Gerindra. Tommy Alba yang dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kepemudaan. Ini tentu cukup untuk menjadi modal dirinya meraup dukung di Pilwako Jambi.
Lantas kenapa belum ada satu kandidat pun yang menentukan pasangan? Pengamat politik Arfai menilai bahwa belum ditentukannya bakal karena beberapa faktor. Pertama karena masih dinamisnya dukungan partai kepada kandidat bakal calon walikota.
‘‘Saya pikir dukungan partai ini mempengaruhi penentuan posisi wakil walikota. Kita tau bahwa ada banyak kandidat yang muncul bukan dari kader partai,’‘ ujarnya.
Sehingga partai sebagai pemilik perahu untuk mendaftar sebagai pasangan calon mencari formulasi agar bisa menyorongkan kadernya untuk maju. ‘‘Ini menjadi pertimbangan, sebagai pemain utama, partai tentu menginginkan ada kadernya yang bisa di dorong untuk maju,’‘ katanya.
Kedua dalam penentuan pasangan calon, dosen Universitas Jambi (Unja) ini melihat kandidat bakal calon walikota Jambi cenderung lebih prakmatis. Salah satunya calon pendamping harus sosok yang memiliki logistik besar, punya popularitas tinggi dan sebagainya.
‘‘Kalau ini yang dijadikan standar, maka kita tidak lagi berbicara kualitas. Yang terpenting bisa bawa logistik besar,’‘ katanya.
Seharusnya, kata Arfai, pendamping adalah sosok yang bisa mengisi kekurangan calon walikota bilamana dipercaya memimpin kota Jambi. Sehingga masyarakat bisa memiliki harapan terhadap Kota Jambi lima tahun kedepan.
‘‘Harusnya wakil ini adalah sosok yang bisa menopang kekurangan kandidat calon walikota, sehingga ada harapan terhadap Kota Jambi kedepan. Jika logistik yang menjadi ukuran, maka tidak jarang kita melihat adanya kepala daerah yang tidak akur,’‘ pungkasnya. (*)