Mutiara Pulau Osi Dengan Ambisi Taklukkan Ombak Paris

La Memo--

Berbekal tekad yang kuat dan postur badan yang tinggi, meski sama sekali tidak tahu menahu mengenai olahraga dayung akhirnya Memo menerima pinangan Opstal untuk mengikuti pelatihan nasional (pelatnas) di Jatiluhur.

"Itu saya sama sekali tidak tahu teknik dasar dayung (saat pertama dipanggil). Itu tiba-tiba di Jatiluhur, kok lihat mendayungnya mundur," kelakar La Memo mengenai kisah awal kariernya terjun di dunia rowing.

Setahun menjalani pelatihan intensif, Memo dengan cepat menjelma menjadi mutiara Pulau Osi. Ia mampu mempersembahkan medali perunggu pada gelaran SEA Games Myanmar 2013. Usai melakoni SEA Games 2013, Memo turun di ajang Asian Games 2014 dengan menempati peringkat ke-14. Lalu di tahun 2015, Memo mempersembahkan dua medali emas untuk Indonesia dalam gelaran SEA Games 2015.

Puncaknya terjadi pada tahun 2016 ketika Memo secara mengejutkan mampu mengamankan satu tiket Olimpiade Rio 2016. Kepastian tersebut diraih Memo seusai menembus babak final nomor single sculls putra Kejuaraan Dayung Asia-Oceania di Chungju, Korea Selatan.Satu tiket ke Olimpiade Rio 2016 juga menjadi angin segar untuk dayung Indonesia yang mengalami paceklik, tanpa perwakilan atlet dayung sama sekali pada dua edisi Olimpiade. Tim dayung Merah Putih terakhir kali mengirim atlet pada Olimpiade Athena 2004 yang diwakili oleh Pere Karoba. Memo juga menjadi atlet pertama Indonesia di nomor rowing Olimpiade setelah terakhir kali pedayung Indonesia ikut serta di Olimpiade Helsinki, Finlandia pada 1952.

"Memo menurut saya punya bakat alam. Dia orangnya pemalu. Dari sekian banyak atlet saya dalam satu minggu Latihan dengan intensitas tinggi, Memo itu atlet saya yang jarang melakukan kesalahan di latihan kecuali dia sakit," kata pelatih rowing Indonesia, Muhammad Hadris ketika ditanya mengenai impresi dia terhadap Memo.

Ambisi Taklukkan Ombak Paris

Memo yang harus absen dari gelaran Olimpiade Tokyo 2020, kini tampil kembali di gelaran Olimpiade Paris 2024 usai memastikan diri menjadi peringkat kedua di World Rowing Asian & Oceanian Olympic and Paralympic Qualification Regata 2024 di Chungju, Korea Selatan.

Kepastian tersebut diperoleh seusai La Memo finis di urutan kedua dengan catatan waktu 1:43,71 detik, sementara peringkat pertama ditempati atlet dayung Kazakhstan Vladislav Yakovlev membukukan waktu 1:42,78 detik.

Dengan mencapai masa peak performance dan usia yang lebih matang, Muhammad Hadris mengungkapkan bahwa Memo telah dalam kondisi terbaik dan siap menunjukkan performanya untuk menaklukkan ombak Paris.

Memo berambisi untuk memperbaiki catatannya di gelaran Olimpiade Paris 2024 kali ini. Pada gelaran Olimpiade Rio 2016, ia hanya mampu menembus babak perempat final dan menempati posisi ke-16.

Muhammad Hadris menganalisis bahwa kompetitor terkuat Memo di Paris nantinya berasal dari negara-negara Eropa khususnya Jerman, Belanda dan Denmark. Sementara dari benua Asia, Jepang menjadi pesaing terdekat Memo.

"Kalau saya melihat kompetitor Memo sangat-sangat luar biasa karena olahraga rowing ini dari Eropa khususnya Jerman, Belanda dan Denmark. Kalau negara Asia yang mungkin bersaing ya Jepang. Kita mencoba dan memo punya target sendiri dan paling tidak Memo bisa mencapai seperti Olimpiade Rio. Paling tidak kita bisa mencapai final B jadi Memo mencoba untuk ke situ," ujar Haddris.

Haddris berujar bahwa jika berlatih secara intens di Eropa dan ditangani oleh Boudewin van Opstal, maka Memo akan mampu berbicara lebih banyak untuk mengharumkan Indonesia melalui jalur  rowing.(ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan