Rumah Bagi 296 Spesies Karang dan 576 Spesies Ikan Karang

MENYELAM: Wisatawan melakukan penyelaman di Perairan Nusa Penida di Kabupaten Klungkung, Bali. FOTO: ANTARA/DEWA KETUT SUDIARTA WIGUNA --

Kawasan tiga pulau itu merupakan rumah bagi 296 spesies karang dan 576 spesies ikan karang, sehingga menjadikannya salah satu tempat terbaik untuk berenang bersama pari manta dan bahkan bisa menyelam bersama ikan mola-mola atau giant sunfish.

Dalam Kepmen itu juga sudah diatur zonasi wilayah konservasi, di antaranya zona inti konservasi, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan zona suci.

Untuk zona inti konservsi seluas 468,85 hektare di wilayah Desa Pejukutan, Toyapakeh, dan Desa Sakti.

Kemudian zona perikanan berkelanjutan, yakni perikanan tradisional seluas 16.915,71 hektare, pariwisata bahari khusus seluas 905,24 hektare, budi daya rumput laut seluas 464,25 hektare.

Kemudian zona pemanfaatan, yakni kawasan untuk pariwisata bahari seluas 1.221,28 hektare dan zona suci seluas 46,71 hektare.

Apabila dikalkukasi, total wilayah pariwisata bahari khusus untuk zona perikanan berkelanjutan dan wilayah pariwisata bahari untuk zona pemanfaatan, total mencapai 2.126,52 hektare, tersebar di Desa Kutampi Kaler, Toyapakeh, Ped, Jungutbatu, dan Lembongan. Kemudian di Desa Suana, Batununggul, Sakti, Ceningan, Bunga Mekar, Batumadeng, dan Batukandik.

Dampak Wisata

Tidak bisa dipungkiri, tingginya minat wisatawan berkunjung di Pulau Nusa Penida yang saat ini menjadi magnet di Bali melahirkan dampak lain, salah satunya kerusakan ekosistem bawah laut terumbu karang.

Yayasan independen dan nirlaba, Pusat Segitiga Karang (Coral Triangle Center/CTC) Denpasar, Bali melakukan pengumpulan data kondisi terumbu karang di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida sejak 2008-2024.

Penasehat Konservasi Kelautan CTC Marthen Welly mengungkapkan meski menyedot kunjungan wisata, dari hasil pengamatan selama 16 tahun itu tren kondisi terumbu karang di Nusa Penida cukup stabil atau dalam kondisi baik, dengan persentase rata-rata mencapai 60 persen, dengan perbandingan kesehatan karang untuk persentase 0-25 persen dinilai buruk, kemudian 25-50 persen merupakan tingkat sedang dan di atas 50 persen memiliki kategori baik.

Meskipun begitu, masih ada pekerjaan rumah untuk mempertahankan kondisi kesehatan terumbu karang dan menyelamatkan 40 persen sisa terumbu karang yang dalam kondisi rusak.

Penyebab kerusakan terumbu karang itu, di antaranya penempatan fasilitas wisata yang kurang tepat, misalnya ada beberapa ponton atau platform terapung yang memberi dampak terhadap ekosistem terumbu karang di bawahnya.

Kemudian, aktivitas penyelaman yang merusak terumbu karang, misalnya karena ulah usil oknum penyelam, hingga kecerobohan yang menyebabkan terumbu karang rusak.

Masyarakat tentu masih ingat dengan temuan terumbu karang dicoret-coret oleh penyelam pada sekitar tahun 2016 yang viral dan menyedot perhatian masyarakat nasional dan internasional.

Upaya Restorasi

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan