Akibat Konsumsi Berlebihan Ciki dan Mi Instan Berlebihan, Balita Divonis Gagal Ginjal
Salah seorang anak divonis gagal ginjal dan harus cuci darah karena sejak kecil hobi makan ciki dan mie instan. foto screenshot Instagram Kumparan --
JAMBIEKSPRES.CO- Seorang balita di Madiun divonis menderita gagal ginjal setelah terbukti mengonsumsi ciki dan mi instan secara berlebihan sejak usia dini.
Kasus ini mengejutkan banyak pihak dan menyoroti pentingnya pola makan sehat bagi anak-anak.
Anak tersebu mulai menunjukkan gejala-gejala penyakit ginjal seperti pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, penurunan nafsu makan, dan kelelahan yang ekstrem.
Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan medis, dokter akhirnya mengonfirmasi bahwa balita tersebut menderita gagal ginjal.
BACA JUGA:Trauma Anak Akibat Kekerasan, Ini yang Perlu Diketahui dan Dilakukan Orang Tua
BACA JUGA:Kasus Cuci Darah Anak di RSCM Meroket, Ini Penyebabnya Menurut Ahli
Dokter yang menangani kasus ini, Dr. Andi Prasetyo, menjelaskan bahwa konsumsi ciki dan mi instan yang berlebihan, terutama yang mengandung banyak garam dan bahan pengawet, dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan ginjal anak-anak.
"Ginjal anak-anak masih sangat rentan. Mengonsumsi makanan yang tidak sehat dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu yang lama bisa merusak fungsi ginjal," kata Dr. Andi.
Orang tua balita tersebut mengaku tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh makanan ringan dan mi instan.
"Kami tidak pernah berpikir bahwa camilan yang disukai anak kami bisa berakibat fatal. Kami hanya ingin memberinya apa yang dia suka," ujar sang ibu dengan penyesalan.
BACA JUGA:Mengapa Sedot Lemak Tidak Efektif Untuk Menurunkan Berat Badan? Begini Saran Dokter
BACA JUGA:Hindari Klinik Murah untuk Prosedur Sedot Lemak, Pastikan Standar Kualifikasi
Kasus ini menjadi peringatan bagi semua orang tua tentang pentingnya mengawasi dan mengatur pola makan anak-anak mereka.
Para ahli kesehatan menyarankan agar orang tua memberikan makanan yang seimbang dan sehat, serta menghindari makanan yang tinggi garam, gula, dan bahan pengawet.
"Kami harus lebih berhati-hati dalam memberikan makanan kepada anak-anak. Memperkenalkan mereka pada makanan sehat sejak dini sangat penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal," tambah Dr. Andi.
Masyarakat diharapkan lebih sadar akan dampak negatif dari makanan tidak sehat dan mulai mengubah kebiasaan makan anak-anak menuju pola makan yang lebih sehat.
BACA JUGA:Vaksin HPV untuk Pria Dapat Mengurangi Risiko Kanker Serviks pada Pasangannya
BACA JUGA:8 Risiko Kesehatan yang Mengintai dari Penggunaan Kipas Angin Saat Tidur
Kasus ini juga menekankan pentingnya edukasi gizi bagi orang tua dan anak-anak untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. (*)