Kista Bawaan yang Dibiarkan Berisiko Timbulkan Komplikasi Serius
RSUD Raja Ahmad Tabib (RAT) Provinsi Kepri sukses melaksanakan operasi laparoskopi kista ginjal perdana.--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dokter spesialis bedah pediatri dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dr. Kshetra Rinaldhy Sp.B Subsp.Ped(K), memperingatkan bahwa kista kelainan bawaan lahir, seperti kista duktus koledokus, yang dibiarkan membesar dapat menimbulkan komplikasi serius. Kista yang tidak diangkat secara bersih berpotensi menyebabkan masalah kesehatan tambahan.
“Kista yang membesar bisa menempel pada organ seperti usus halus atau pembuluh darah, membuatnya sulit untuk diangkat sepenuhnya. Akibatnya, sisa kista yang tertinggal dapat menyebabkan komplikasi, termasuk risiko berkembang menjadi kanker, meski kemungkinannya kecil,” kata dr. Kshetra dalam diskusi daring di Jakarta.
Dia menjelaskan bahwa kista besar yang sudah melekat pada jaringan tubuh lainnya menyulitkan proses pengangkatan. Bahkan setelah operasi, yang melibatkan bypass saluran empedu ke usus halus, pasien mungkin menghadapi masalah tambahan seperti pembentukan batu di saluran bypass akibat sumbatan sebelumnya.
Dr. Kshetra juga mencatat bahwa kista yang tidak terdeteksi sejak dini dapat menimbulkan masalah kesehatan di masa dewasa. Beberapa kista duktus koledokus mungkin tidak menunjukkan gejala awal, seperti benjolan di perut, pembesaran saluran empedu, atau gejala kuning dan infeksi. "Kadang-kadang, kelainan ini baru terdeteksi ketika pasien sudah dewasa, meskipun kista tersebut sudah ada sejak lahir," tambahnya.
BACA JUGA:Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono Hadiri Penyerahan Remisi di Lapas Kelas IIA Jambi
BACA JUGA:Tiga Pemain Diaspora Belum Bisa Bergabung dalam Uji Coba di Korea Selatan
Kista besar dapat menyebabkan zat bilirubin dari darah terhambat, yang seharusnya mengalir dari hati ke usus. Akumulasi bilirubin di hati dapat merusak organ tersebut, berpotensi menyebabkan sirosis atau penyakit hati kronis, yang ditandai dengan gejala seperti gagal hati, cairan di perut, perdarahan saluran cerna, dan pembesaran perut. Dalam kasus parah, transplantasi hati mungkin diperlukan selain operasi pengangkatan kista.
“Bilirubin yang tinggi juga dapat merusak otak, mengakibatkan ensefalopati, dan menurunkan kesadaran pasien. Pada bayi baru lahir, bilirubin tinggi harus diobati dengan sinar ultraviolet atau terapi jemur. Kista koledokus yang tidak diobati dapat menyebabkan kulit gatal-gatal dan komplikasi lain,” kata dr. Kshetra.
Penting untuk melakukan tindakan operasi yang bertahap, termasuk pengurangan ukuran perut dan pengangkatan kista, serta, jika diperlukan, transplantasi hati. Pasca operasi, pasien harus menjalani pemantauan rutin setidaknya setahun sekali untuk mencegah masalah pencernaan, dan pasien transplantasi hati perlu mengonsumsi obat seumur hidup untuk mencegah penolakan cangkok hati. (ant)