Jalan Tol dengan Investasi Fantastis Rp10 Triluliun Sepi Aktivitas Penggunanya, Kok Bisa?

Jalan tol di Provinsi Kalimantan Timur yang menghabiskan dana besar hingga mencapai Rp9,9 triliun, namun sepi penggunaannya.--

JAMBIEKSPRES.CO-Pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur jalan tol sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan konektivitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah di Indonesia.

Namun, seringkali hasilnya tidak sesuai dengan harapan, seperti yang terjadi dengan jalan tol di Provinsi Kalimantan Timur, yang meskipun menghabiskan dana besar hingga mencapai Rp9,9 triliun, namun sepi penggunaannya.

BACA JUGA:Tol Trans Sumatera Tahap II Siap Dimulai dengan Anggaran Rp21 Triliun, Termasuk Pembangunan Tol Jambi-Rengat

BACA JUGA:Menteri PUPR Pastikan Tol IKN Siap Difungsionalkan Saat HUT RI
Meskipun pemerintah memiliki niat baik untuk merancang dan membangun jalan tol dengan harapan menciptakan pusat-pusat ekonomi baru dan memperpendek jarak tempuh antarwilayah.

Tetapi kenyataannya tingkat penggunaannya masih rendah.

Tol Balikpapan-Samarinda, yang panjangnya mencapai 99,3 km, merupakan salah satu contoh yang menggambarkan fenomena jalan tol sepi di Indonesia.
Tol ini telah dioperasikan secara bertahap sejak tahun 2019 dengan harapan menjadi jalur vital dalam menghubungkan ibukota Kalimantan Timur dengan daerah sekitarnya, terutama Kutai Kertanegara.

BACA JUGA:Update Progres Tol Baleno Seksi 3 Mencapai 76% dari Panjang Total 15,467 KM

BACA JUGA:Berkat Tol, Puluhan Warga Pijoan Kaya Mendadak Setelah Terima Dana Ganti Rugi

Namun, minimnya kendaraan yang melintas di sana membuatnya dianggap sebagai tol yang paling sepi di Indonesia.
Walaupun begitu, penting untuk diakui bahwa keberadaan jalan tol ini telah memberikan manfaat dalam memperpendek waktu tempuh antarwilayah.

Sebagai contoh, perjalanan dari Balikpapan ke Samarinda kini hanya membutuhkan waktu sekitar 60-80 menit dengan kecepatan rata-rata 100 km per jam, yang sebelumnya memakan waktu yang lebih lama dan melelahkan.
Dalam menghadapi situasi ini, pemerintah perlu melakukan evaluasi mendalam untuk memahami penyebab rendahnya tingkat penggunaan jalan tol ini.

Langkah-langkah strategis perlu diambil untuk meningkatkan pemanfaatan infrastruktur yang telah dibangun dengan biaya besar, sehingga dapat memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat.

BACA JUGA:Pembangunan Jalan Tol Baleno Menyisakan Masalah, Pembayaran Tanah Warga Belum Lunas

BACA JUGA:Persentase Suplai 'Readymix' Proyek Tol IKN Sentuh 63 Persen, Juni 2024 Ditargetkan Selesai

Diperlukan kerjasama antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat dalam membangun strategi untuk mengoptimalkan potensi jalan tol dan merangsang aktivitas ekonomi di sekitarnya. (*)

Tag
Share