Perpusnas Sebut Perlu Penataan Ulang Konsep Literasi
Pelaksana tugas Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Aziz --
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Pelaksana tugas Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), E Aminudin Aziz, menyoroti perlunya penataan ulang konsep literasi agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
Dalam sebuah keterangannya di Jakarta, dia menekankan pentingnya menjauhkan konsep literasi dari kemungkinan menjadi sesuatu yang rumit atau sulit diakses oleh masyarakat umum.
Menurutnya, literasi seharusnya bisa dipahami sebagai kemampuan untuk mengelola informasi, baik yang disampaikan dalam bentuk teks maupun non-teks, serta kemudian mengolahnya untuk meningkatkan kecakapan hidup.
Aminudin Aziz juga mencermati arah yang diambil dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bidang Perpustakaan tahun 2024 yang mengusung tema "Menata Ulang Konsep dan Praktik Pembangunan Literasi".
Dalam konteks ini, dia menekankan bahwa penting untuk menyederhanakan konsep literasi agar dapat diimplementasikan dengan mudah.
Sebagai contoh, dia membahas bagaimana pesan-pesan yang dikirim melalui aplikasi pesan singkat seringkali mengandung kombinasi teks dan ikon non-teks.
Kemampuan untuk menginterpretasi dan memahami pesan semacam ini, menurutnya, adalah contoh konkret dari literasi yang mencakup baik teks maupun non-teks.
Selain itu, Aminudin Aziz menyoroti pentingnya kolaborasi dan kerja sama antarinstansi dalam mendukung upaya literasi.
Dia menyampaikan bahwa Perpusnas dapat bekerja sama dengan berbagai instansi, seperti Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Desa dan PDTT, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, untuk mendukung tugas utamanya dalam memperluas cakupan literasi di masyarakat.
Pentingnya kerja sama juga terlihat dari inisiatif bersama antara Kementerian Desa PDTT dan Perpusnas yang dituangkan dalam surat edaran, yang memungkinkan penggunaan dana desa untuk mendukung operasionalisasi taman bacaan di desa.
Hal ini diharapkan dapat memberikan arah yang lebih terarah dalam penyebaran dan pengembangan literasi di tingkat desa.
Di samping itu, dia juga mengungkapkan bahwa dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, akan diluncurkan program sastra dalam kurikulum untuk meningkatkan literasi siswa.
Ini mencakup penggunaan karya sastra klasik dan kontemporer sebagai bahan tambahan untuk para siswa dari kelas 5 SD hingga SMA.
Dia mendorong dinas perpustakaan daerah untuk menyediakan buku-buku sastra yang dibutuhkan siswa, sehingga literasi sastra dapat diakses dengan lebih baik oleh generasi muda.
Rakornas bidang Perpustakaan tahun 2024 juga mengangkat beberapa isu utama, termasuk penguatan budaya baca dan literasi, pengarusutamaan naskah kuno Nusantara, serta standardisasi dan tenaga perpustakaan.
Dari diskusi kelompok terpumpun (FGD) yang diadakan dalam rakornas tersebut, dihasilkan 24 rekomendasi yang merupakan harapan bersama untuk diterapkan oleh Perpusnas dan pihak terkait guna meningkatkan literasi di Indonesia. (*)