Orang-orang dulu selalu memajang foto anggota keluarganya yang berseragam dinas di ruang tamu, sebagai ekspresi kebanggaannya.
Motivasi mengabdi dalam memilih profesi, mungkin kini sudah menjadi hal langka karena dianggap tidak menjanjikan. Gemerlap layar media sosial nyatanya lebih menggiurkan lantaran menjanjikan popularitas dan limpahan uang.
Pakar ekonomi media sosial Brooke Erin Duffy, melalui bukunya "(Not) Getting Paid To Do What You Love", mengungkap adanya kesenjangan yang lebar antara mereka yang berhasil menorehkan karir cemerlang sebagai pemengaruh dengan mereka yang tidak.
Selebihnya, krisis kesehatan mental menjadi ancaman bagi para selebritas media sosial, oleh sebab sengitnya kompetisi di ruang digital itu. Menjaga eksistensi, memenuhi keinginan para pengikut, dan mengikuti pola algoritma, hanyalah beberapa tantangan, selain proses kreatif yang harus menghasilkan konten menarik setiap hari. Akibatnya, pada titik tertentu banyak kreator konten mengalami kelelahan luar biasa.
Menjaga Tetap Ada
Menjaga agar tetap "ada" di linimasa menjadi perjuangan tanpa henti bagi para kreator konten. Tak heran, pada kelas selebritas papan atas, mereka memiliki puluhan kru untuk memperkuat tim kreatif dan produksi. Lantas apa kabarnya dengan para pemain tunggal yang belum mampu merekrut tim, namun terobsesi mencari nafkah di jalur cepat itu?
Sebagai gambaran, berikut adalah sejumlah tantangan yang harus ditaklukkan para pejuang konten untuk memenangkan pertarungan.
Kreatif, menjadi kata kunci dalam memproduksi konten yang dapat memikat audiens untuk menyukai dan selanjutnya mengikuti. Setelah memiliki banyak pengikut, bukan berarti tantangan selesai, melainkan akan lebih tinggi lagi, karena ragam pengikut umumnya banyak keinginan dan kemauannya.
Kamera. Keberadaan kamera membuat orang cenderung jaim (jaga image) untuk menampilkan kesan atau citra yang diinginkan. Jaim yang dilakukan terlalu sering atau terus-menerus bisa menjadi beban atau malah akan membentuk sebuah karakter baru karena diperankan secara konsisten.
Konsisten. Konsisten dalam berproduksi mesti dilakukan agar tidak ditinggalkan para penonton dan menjaga eksistensi di linimasa. Konsisten adalah tantangan terberat bagi para kreator karena menuntut kreativitas yang harus hadir setiap hari.
Komunikatif. Interaksi yang hangat dan respons yang cepat berlangsung sepanjang waktu untuk merawat kesetiaan para pengikut. Sedikit saja merasa kecewa, mereka bisa berbalik menjadi pembenci. Maka, seorang selebritas medsos dituntut memiliki kesabaran yang luas dalam menghadapi berbagai komentar, apapun itu, termasuk kritik.
Kuasa platform. Permainan algoritma adalah hal wajib yang harus ditaklukkan untuk dapat menjadi jawara linimasa. Konten bagus yang rutin diunggah setiap hari pun tidak serta merta menjadi populer tanpa kecakapan mengakali algoritma yang diperbarui setiap saat.
Agar tidak didera stres berkepanjangan gara-gara perlombaan di jagat maya yang tak ada habisnya, mungkin ada baiknya para pemain mengganti orientasi.
Ajang Berbagi
Media sosial bisa menjadi ajang pertarungan sengit, tetapi bisa juga sebagai wahana berbagi penuh berkah, tergantung bagaimana para pengguna memperlakukannya. Bila anda petarung ambisius yang ingin menjadi selebritas dengan mendulang pendapatan fantastis, silakan lanjut menghadapi tantangan dan permainan. Namun, jika itu terasa melelahkan, kita bisa melipir sembari memperbaiki motivasi dengan sejumlah langkah.
Sejak awal jangan jadikan medsos sebagai tumpuan sumber penghasilan utama, miliki profesi atau pekerjaan dan usaha lain yang lebih prospektif dari sekadar "berjudi" di dunia virtual. Dengan tidak menjadikannya sebagai tempat mencari nafkah utama, maka kita tidak perlu terlibat persaingan yang menguras tenaga dan pikiran.