Paling Berpengalaman, Sudah Dua Kali Jadi Tuan Rumah PON

Minggu 08 Sep 2024 - 19:48 WIB
Reporter : Adriansyah
Editor : Adriansyah

Dalam kerangka itu pula, pemerintah di Sumatera Utara mengajak warganya aktif melayani dan menunjukkan keramahtamahan kepada mereka yang datang ke sana.

Gertak lebih dulu

Ajakan menjadi tuan rumah yang baik selalu bergaung dalam setiap PON, sehingga mungkin terdengar klise, tetapi tetap relevan dan menjadi bagian penting dalam sebuah acara besar olahraga.

Namun, mewujudkan ajakan itu selalu menjadi tugas yang amat menantang, terlebih bagi kota Medan yang terkenal keras, sampai memunculkan semboyan "Ini Medan bung!"

Tak sedikit orang yang baru mengenal kota ini mengalami syok kultural yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka memandang kota Medan.

Pengalaman unik seorang netizen berikut ini di sebuah forum online beberapa waktu lalu, bisa melukiskan pandangan terhadap kota Medan itu.

Ini adalah pengalaman orang yang baru pertama kali tinggal di Medan, yang bisa Anda konfirmasi sendiri begitu memiliki kesempatan berada di kota terbesar di Pulau Sumatera ini.

Si netizen bertanya kepada sopir angkot yang dia hentikan untuk mengantarkannya ke kantor.

Dia bertanya dengan kesantunan daerah asalnya, padahal di Medan gaya berturut haruslah keras yang terdengar seperti membentak atau bahkan mengajak ribut dalam pandangan orang non Medan.

Pada awalnya netizen itu kesal karena pertanyaannya dijawab si sopir angkot dengan nada tinggi, yang dianggapnya sebagai bentakan. Dia lalu disarankan oleh kerabatnya agar berbicara sekeras sopir angkot itu.

Dia mempraktikkan saran itu keesokan harinya. Ternyata benar, sopir angkot merespon lebih sopan ketika disapa dalam "bahasa" orang Medan.

Sejumlah orang menyebut kiat berkomunikasi seperti itu sebagai "gertak lebih dulu", yang sepertinya sudah mendarah daging di Medan.

Salah satu gambaran yang menguatkan pandangan bahwa model berkomunikasi itu sudah mendarah daging adalah prilaku warga kota Medan dalam berkendara di jalan raya.

Banyak orang terlihat ingin lebih dulu, sehingga serempet sana serempet situ sudah menjadi "adab" berkendara di sana.

Uniknya, tak seperti di kota-kota lain, termasuk Jakarta, jarang ada orang yang naik pitam karena dipepet oleh yang lain, padahal jelas-jelas prilaku itu membahayakan pengendara lain dan menyalahi aturan berkendara yang ditetapkan pihak berwajib dan undang-undang.

Toleran dan inklusif

Kategori :