JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dalam upaya menghargai kontribusi Warga Negara Asing (WNA) terhadap budaya Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengadakan Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) Tahun 2024.
Acara ini diadakan untuk mengapresiasi dedikasi mereka dalam mengenalkan dan mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri.
Di antara penerima penghargaan tersebut adalah Andrew Timar, Marianna Zofia Lis, dan Boi Akih. Ketiga individu ini telah menunjukkan kecintaan yang luar biasa terhadap kebudayaan Indonesia melalui berbagai karya dan inisiatif.
Andrew Timar, seorang seniman asal Kanada, telah terlibat dengan budaya Indonesia sejak tahun 1970.
BACA JUGA:Indonesia Berambisi Memajukan Kebudayaan Sebagai Kekuatan Nasional, Mirip dengan Korea Selatan
BACA JUGA:Tunggu Perintah Ditjen Kebudayaan Terkait Pemindahan Stockpile di Sekitar Kawasan Candi
Ia dikenal sebagai pemain suling Sunda dalam Evergreen Club Contemporary Gamelan (ECCG) di Toronto. Andrew aktif memperkenalkan kesenian Indonesia melalui pertunjukan di Kanada dan luar negeri.
Selain itu, ia juga berperan sebagai pengajar di beberapa perguruan tinggi dan bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dalam mengadakan lokakarya gamelan serta mendukung pengiriman alat musik gamelan ke sekolah-sekolah di Toronto.
Marianna Zofia Lis dari Polandia telah mendalami seni wayang selama 18 tahun. Ia merupakan peneliti wayang, pemain gamelan, dan penerjemah karya sastra Indonesia.
Marianna adalah penulis monograf pertama mengenai wayang kulit tradisional dan kontemporer di Polandia.
BACA JUGA:Butuh Peran Masyarakat Lestarikan Kebudayaan Agar Tidak Punah
BACA JUGA:Kemendikbudristek Sebut Kebudayaan Aset Penting Untuk Identitas Bangsa
Ia aktif menularkan kecintaannya pada wayang kepada siswa di Polandia melalui pertunjukan karawitan dan juga berkontribusi dalam komunitas Warsawa Gamelan Group.
Boi Akih, grup musik yang telah memperkenalkan musik etnik dari Maluku, Sunda, dan Bali di Belanda, dibentuk pada tahun 1997 oleh Monica Akihary dan Niels Brouwer.
Monica, yang berasal dari Maluku, sering menggunakan Bahasa Haruku dalam karyanya. Grup ini telah merilis sebelas album dan tampil di berbagai festival musik internasional, termasuk North Sea Jazz Festival dan Festival Radio France, serta meraih penghargaan Jazz and Improvisaso Boy Edgar Prize 2023.