Lamun juga ditemukan di Pantai Mali dan Pantai Dere sehingga dua ekor dugong yang kini ada di sekitar kawasan Pulau Sikka itu menjadikan tempat tersebut sebagai tempat bermain.
"Sebenarnya di Alor ini banyak sekali dugong, tetapi yang berani hanya satu ekor yang bernama Mawar saja. Yang lain justru saat dilihat langsung melarikan diri," kata Kepala Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Kabupaten Alor, Muhammad Saleh Goro.
Karena itu, untuk menjaga agar Si Mawar dan temannya tidak melarikan diri dan khawatir punah, DKP setempat melarang wisatawan untuk memegang dugong itu, apalagi berenang bersama dugong.
Kehadiran dugong sendiri menjadikan daya tarik wisata bagi daerah tersebut. Sehingga tidak jarang, hamper setiap tahun Pemda setempat menggelar festival memanggil dugong untuk mempromosikan salah satu potensi wisata di Pulau Kenari itu.
Kadis Pariwisata Alor Muhammad Baesaku mengemukakan bahwa dugong bukan merupakan satu-satunya potensi wisata di daerah itu. Alor memiliki banyak sekali potensi wisata, baik budaya, bahari, agama dan lainya. Bahkan wisata bahari Taman Laut Alor terkenal sebagai lokasi untuk snorkeling dan menyelam.
Namun begitu, wisata dugong di Alor merupakan wisata yang unik, karena dugong yang ada di daerah itu ramah terhadap manusia.
Si Mawar, dugong di Alor adalah keajaiban yang sulit ditemukan. Mereka menjadi simbol kesehatan laut di daerah tersebut. Alor memang menawarkan keajaiban bawah laut yang luar biasa, salah satunya adalah melihat dugong yang berenang bebas.
Oleh karena itu, dugong di daerah tersebut harus dijaga. Jangan sampai satwa tersebut punah dan tidak terlihat lagi di perairan Alor, Nusa Tenggara Timur.(*)