JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Perguruan tinggi di Indonesia perlu bertransformasi untuk tidak hanya menjadi penghasil riset, tetapi juga berperan sebagai hub atau pusat yang menghubungkan berbagai pihak dalam ekosistem riset dan inovasi.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Ir. Jaka Sembiring, M.Eng, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi X DPR RI mengenai pendidikan tinggi, riset, dan teknologi di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Menurut Prof. Jaka, perguruan tinggi harus mengambil peran yang lebih besar dalam proses riset dan inovasi agar dapat bersaing di kancah global.
"Perguruan tinggi harus bertransformasi menjadi pusat yang menghubungkan berbagai pihak dalam ekosistem riset. Tidak hanya sebagai sumber riset, tapi juga sebagai hub yang memfasilitasi kolaborasi antar berbagai sektor," ujar Jaka.
Ia juga mengungkapkan bahwa di Indonesia saat ini, industri besar cenderung lebih dominan dalam menentukan arah riset, yang berpotensi menciptakan ketidaksesuaian antara tujuan riset perguruan tinggi dan kepentingan dunia industri.
Perguruan tinggi, yang pada masa lalu memimpin riset dengan fokus pada penelitian dasar dan pengembangan pengetahuan, kini harus bersaing dengan orientasi industri yang lebih berfokus pada efisiensi dan keuntungan jangka pendek.
"Industri lebih mengarahkan riset sekarang, yang meskipun baik untuk perkembangan ekonomi, namun berbeda dengan karakteristik riset yang seharusnya dilakukan oleh perguruan tinggi yang lebih berorientasi pada pengetahuan dan inovasi jangka panjang," jelas Prof. Jaka.
Untuk mewujudkan visi perguruan tinggi sebagai hub riset dan inovasi, ITB mengusulkan penguatan budaya ilmiah yang unggul di kampus. Menurutnya, menciptakan budaya ilmiah yang mendalam di kalangan sivitas akademika akan menjadi kunci untuk menghubungkan berbagai pihak yang terlibat dalam riset dan inovasi, baik dari sektor akademik, industri, maupun pemerintah.
"Budaya ilmiah unggul harus menjadi karakteristik utama perguruan tinggi, di mana seluruh elemen kampus berperan aktif dalam riset dan inovasi. Hal ini akan memastikan perguruan tinggi tidak hanya sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai pusat yang menghubungkan para pemangku kepentingan," tambahnya.
Mewujudkan budaya ilmiah unggul tersebut, menurut Prof. Jaka, memerlukan dukungan yang kuat dalam hal sumber daya manusia yang berkualitas, anggaran yang memadai, fasilitas riset yang lengkap, serta jejaring yang luas antara perguruan tinggi dan industri.
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyambut positif pandangan tersebut dan menyatakan bahwa hal ini akan dibawa dalam rapat kerja dengan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, yang dijadwalkan pada Rabu (6/11).
"Kami akan membawa usulan ini dalam rapat kerja dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi untuk membahas langkah-langkah konkret yang perlu diambil," ujarnya.
Transformasi ini diharapkan dapat menjadikan perguruan tinggi Indonesia lebih unggul dalam bidang riset dan inovasi, serta berperan lebih besar dalam mendukung perkembangan ekonomi dan teknologi di tanah air. (*)