Simbol Keraifan Lokal, Banyak Bangunan Rumah Adat yang Masih Asli

Senin 18 Nov 2024 - 20:08 WIB
Editor : Adriansyah

Saat itu Nusa lebih dikenal karena desa wisata ini bergerak dari masyarakat, timbul ke atas, sedangkan Lubok Sukon ditetapkan dari atas ke bawah tapi belum ada pembinaan SDM.

Pada 2021, Desa Wisata Lubok Sukon bangkit lagi untuk mengembangkan potensi yang ada. Fahry Purnama adalah sosok yang berada dibalik itu.

Keberadaan rumah-rumah Aceh ini membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa melalui pengembangan potensi pariwisata.

Ia bersama pemuda-pemudi desa menyusun kembali arah pengembangan Desa Wisata Lubok Sukon, rebranding, hingga melahirkan paket-paket wisata untuk mendulang ekonomi warga perdesaan lewat label desa wisata.

Mereka memberi nyawa kedua bagi desa wisata ini yang disambut dengan kesiapan SDM melalui pembinaan. Mereka bekerja sama dengan perguruan tinggi dan Disbudpar Aceh untuk melatih penggiat wisata desa ini hingga akhirnya mengawali ajang dengan festival desa wisata.

Salah satu yang ditawarkan Desa Wisata Lubok Sukon kepada wisatawan ialah paket wisata Wet-Wet Gampong atau keliling desa.

Mereka mengangkat potensi budaya untuk mendukung wisata, mulai dari rumah adat, upacara adat, hingga kekayaan kuliner lokal seperti, sie reboh, ayam tangkap, masam keu-eung, kuah beulangong, dan lainnya yang menjadi khas perdesaan.

Selain mengunjungi rumah adat, pembuatan kuliner khas dan produk lokal, dalam paket Wet-Wet Gampong ini wisatawan juga dapat melihat beragam atraksi permainan tradisional seperti egrang, bakiak batok kelapa, perosotan pelepah pohon pinang, dan lainnya.

“Lubok Sukon ini sering disebut the little of Aceh, Aceh mini karena memang didukung rumoh Aceh masih asri, pagar bak thee yang masih dirawat oleh masyarakat desa,” ujarnya.

Di antara rumah-rumah warga lain, ada dua rumoh Aceh miliki tokoh yang tersohor pada masa lampau di desa itu, yakni rumah Aceh milik Tje’Mat Rahmany dan mantan Gubernur Aceh Abdullah Muzakkir Walad.

Tje’Mat Rahmany merupakan Duta Luar Negeri RI masa lampau, putra kelahiran Desa Wisata Lubuk Sukon pada 1917. Sementara Abdullah Muzakkir Walad merupakan Gubernur Aceh periode 1968--1978 yang juga lahir di Desa Wisata Lubuk Sukon pada 1920.

Rumah keduanya juga menjadi museum di Desa Wisata Lubuk Sukon, yang dapat dikunjungi wisatawan. Untuk paket Wet-Wet Gampong, biasanya wisatawan hanya membayar Rp50 ribu per orang, mereka sudah bisa menikmati suasana perkampungan Aceh yang kaya akan tradisi dan budaya.

Selain sebagai hunian, beberapa rumoh Aceh milik warga setempat juga difungsikan sebagai penginapan atau homestay. Wisatawan hanya membayar Rp100 ribu per malam untuk menginap.

Upaya pengembangan itu juga mendapat apresiasi dari pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kala itu. Desa Lubok Sukon berhasil meraih juara harapan dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 atau masuk dalam 75 desa wisata terbaik di Tanah Air.

Warga Desa Wisata Lubok Sukon Putri Aprila Balqis (26) menyebut rumah adat Aceh ini sudah menjadi ikon desa sejak lama. Bagi masyarakat, rumoh Aceh bukan sekadar simbol, melainkan warisan pendahulu yang harus terus dilestarikan.

Jadi, wisatawan bisa melihat rumah Aceh tempo dulu. Inilah salah satu alasannya mempertahankan rumah Aceh ini.

Kategori :

Terkini

Selasa 17 Dec 2024 - 21:46 WIB

Jelang Nataru, Harga Kebutuhan Pokok Naik

Selasa 17 Dec 2024 - 21:44 WIB

Bupati Salurkan Bansos di Seberang Kota

Selasa 17 Dec 2024 - 21:43 WIB

AKD DPRD Tanjabtim Telah Dibentuk