Kampung Batik Giriloyo
Salah satu kawasan yang menjadi ikon Desa Wisata Wukirsari adalah Kampung Batik Giriloyo. Di sini terdapat gerai pamer, ruang pertemuan, galeri batik, dan gazebo. Ruang-ruang ini menjadi titik berkumpulnya kegiatan perekonomian dan pariwisata oleh masyarakat dan pelaku wisata.
Di bawah Nur Ahmadi yang dipercaya menjadi pengelola Koperasi Jasa Kampung Batik tulis Giriloyo, kampung batik, yang merupakan salah satu unit usaha adalah desa wisata ini, mampu menyatukan lebih dari 600 pengrajin batik dalam satu paguyuban pembatik.
Para pengrajin batik tulis di Wukirsari tersebar di tiga pedukuhan desa ini, yaitu Pedukuhan Giriloyo, Cengkehan, dan Karangkulon. Kedekatan wilayah antarpedukuhan ini memudahkan koordinasi dan komunikasi dengan para pengrajin batik. Di wilayaj ini terbentuk 12 kelompok pengrajin yang tersebar di rumah-rumah penduduk.
Pada setiap musim liburan atau akhir pekan, Kampung Batik Giriloyo Wukirsari banyak menerima kunjungan dari pelajar, mahasiswa, maupun wisatawan, yang ingin memahami batik dan belajar bagaimana proses membatik pada kain dari lilin (malam) cair.
Tempat ini merupakan salah satu lokasi di Wukirsari yang menjadi titik kumpulnya para pengrajin dan wisatawan sehingga mereka bisa belajar membatik, belanja batik, hingga edukasi membuat makanan dan membuat wayang.
Kampung Batik Giriloyo yang menjadi andalan Desa Wisata Wukirsari ini mulai terbentuk sejak 2009 setelah selama 3 tahun lamanya atau sejak 2006, masyarakat dan para pembatik berkumpul menyatukan tekat bersama menjadikan desanya layak dikunjungi wisatawan.Setelah gempa bumi dahsyat mengguncang Yogyakarta termasuk Bantul pada 2006, mereka membangkitkan semangat para pembatik untuk bangkit. Pengrajin mengawali kegiatan membatik bersama di bentangan kain panjang dan memecahkan rekor membatik selendang terpanjang pada 2007.
Selanjutnya pada tahun 2008, perlahan membangun jenama dengan tetap mengedepankan ciri khas batik tulis, kemudian pada tahun 2009 memproklamirkan diri menjadi salah satu desa wisata, dengan unggulan edukasi membuat batik tulis.
Beberapa tahun berjalan, dampak dari adanya pariwisata berbasis komunitas atau desa wisata di Giriloyo Wukirsari banyak sekali, salah satunya adalah setiap lima wisatawan yang datang ke Wukirsari, pengelola harus memanggil satu pengrajin untuk mendampingi wisatawan belajar membatik.
Saat ini Kampung Batik Giriloyo telah menjadi tempat wisata edukasi belajar membatik dan belanja batik. Pada tahun 2022, kampung batik ini juga ditetapkan sebagai Desa Wisata Berkelanjutan oleh Kemenparekraf.
Di tempat ini, wisatawan maupun pengunjung dapat melakukan praktik membatik dengan biaya terjangkau.
Aktivitas wisatawan dan tamu dari berbagai daerah yang berkunjung ke Desa Wisata Wukirsari banyak memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat dan pengrajin. Selain produk batik mereka dibeli, juga mendapat tambahan penghasilan dari pendampingan membatik.
Nur Ahmadi menyebut, pada tahun 2019 jumlah kunjungan tamu dan wisatawan ke Kampung Batik Giriloyo mencapai 29.000 orang, tetapi pada 2020 menurun drastis akibat pandemi COVID-19.
Meski berangsur membaik, pada 2021 kunjungan belum kembali normal, meski ada kenaikan dibanding 2020. Baru pada 2022 kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Wukirsari naik signifikan, mencapai 24.500 orang.
Kunjungan tamu wisatawan baik lokal, luar daerah dan bahkan luar negeri terus meningkat pada 2023, hingga selama satu tahun pihaknya mencatat sebanyak 45.000 orang berkunjung ke Desa Wisata Wukirsari untuk sekadar membatik, belanja, maupun berwisata.
"Kalau setiap lima wisatawan didampingi satu pengrajin, selama satu tahun berarti kurang lebih 9.000 warga masyarakat kami yang bisa menikmati tambahan pendapatan," katanya.