JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO - Angka Stunting atau gagal tumbuh dan berkembang anak di sejumlah daerah di provinsi Jambi masih jadi perhatian. Khusunya di 2 Kabupaten yakni di Tanjung Jabung Timur dan Tebo.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jambi menyebut hal itu menjadi tantangan di tengah baiknya capaian Provinsi Jambi.
Kepala BKKBN Provinsi Jambi, Putut Riyanto menegaskan bahwa tantangan masih ada di beberapa kabupaten.
“Beberapa daerah masih memiliki prevalensi di atas 20 persen, seperti kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 23,7 persen dan kabupaten Tebo sebesar 22 persen. Sementara itu, Kota Sungai Penuh mencatatkan angka terendah, yakni 4,1 persen,” jelasnya.
BACA JUGA:SAH Dinilai Pengamat Layak Masuk Nominasi Kepala BKKBN RI
BACA JUGA:SAH Getol Bawa Program BKKBN ke Jambi, Angka Stunting Turun
Putut menyampaikan bahwa provinsi Jambi bersyukur memiliki angka prevalensi stunting yang cukup rendah dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia.
“Hasil Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan bahwa Jambi menempati posisi kedua terendah setelah Bali, dengan prevalensi sebesar 13,5 persen,” katanya.
Angka ini jauh di bawah target nasional, yang sebesar 40 persen hingga akhir 2024.
Menurutnya, komitmen kepala daerah menjadi kunci penting dalam penanganan stunting.
“Penanganan stunting tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Harus ada kolaborasi dari seluruh pihak, baik pemerintah daerah, masyarakat, maupun sektor swasta,” tegasnya.
Ia menambahkan, strategi yang tepat diperlukan untuk mempercepat penurunan angka stunting di Jambi.
“Edukasi masyarakat, peningkatan akses gizi, dan pelayanan kesehatan merupakan langkah yang tidak boleh diabaikan,” sampainya. (*)