LUBUKBASUNG, JAMBIEKSPRES.CO- Angin kencang yang menerpa wilayah Danau Maninjau pada Minggu (12/1) lalu menyebabkan kematian sekitar lima ton ikan nila di keramba jaring apung yang dikelola petani setempat.
Akibat kejadian ini, petani mengalami kerugian yang diperkirakan mencapai Rp125 juta.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam, Rosva Deswira, menjelaskan bahwa angin kencang tersebut menyebabkan terjadinya pembalikan air di danau yang mengurangi kadar oksigen di dasar air.
Hal ini menyebabkan ikan-ikan yang berada di kedalaman tersebut kekurangan oksigen, yang akhirnya mengakibatkan mereka mati.
"Total ada sekitar lima ton ikan yang mati, dan ini merupakan kerugian besar bagi petani ikan keramba di kawasan tersebut," kata Rosva, di Lubuk Basung.
BACA JUGA:Pasca Kerambah Warga Ditabrak Tongkang Batu Bara, Kades Minta Dibuat Pos Pantau Khusus
BACA JUGA:Tongkang Batu Bara Tabrak Keramba Ikan, Petani Rugi Ratusan Juta
"Kami masih melakukan pendataan lebih lanjut terkait jumlah pasti ikan yang mati."
Ikan-ikan yang mati ini berasal dari empat unit keramba jaring apung yang dikelola oleh petani di sekitar Pasar Bayua, Kecamatan Tanjung Raya. Pada Senin (13/1), bangkai ikan mulai mengapung ke permukaan danau.
Rosva mengimbau agar para petani tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau karena dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan ekosistem.
Sebaliknya, ia meminta agar bangkai ikan dikumpulkan dan dikubur untuk menjaga kebersihan danau.
"Ini sangat penting untuk menjaga kelestarian Danau Maninjau. Kami berharap petani bisa ikut serta menjaga lingkungan dengan cara yang benar," tambahnya.
Pihak Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam sebelumnya telah memperingatkan petani mengenai potensi cuaca ekstrem yang bisa mempengaruhi kesehatan ikan di Danau Maninjau.
Peringatan ini disampaikan melalui surat yang dikeluarkan pada November 2024, yang dikirimkan kepada wali nagari, kepala desa, dan camat setempat.
"Sejak November lalu kami sudah mengeluarkan surat pemberitahuan terkait potensi cuaca buruk. Kami berharap ini bisa menjadi perhatian bagi petani," ujar Rosva. (*)