Belajar di Kebun, Boleh Bawa Gadget

Selasa 12 Dec 2023 - 20:47 WIB
Editor : Adriansyah

Ni Kadek Dwi Ari, siswa kelas 4, mengungkapkan perasaan senangnya ia dan teman-teman kelasnya ketika belajar di kebun.

Udara sejuk dan pemandangan hijau membuatnya semangat menghabiskan waktu, bahkan meski ada gadget di tangannya ia enggan membuka permainan atau aplikasi di luar keperluan belajar toga.

Biasanya dia membuka HP untuk bermain, tapi sekarang lebih enak untuk keperluan belajar, termasuk menghafal manfaat toga. Semua penghetahuan yang didapat, dia ceritakan kepada keluarganya di rumah untuk menggugah mereka juga menanam.

Cerita Kadek Dwi menggambarkan target sekolah yang mulai tercapai, yaitu menyebarluaskan kegiatan positif mengenai toga ini ke masyarakat.

Dukungan dari orang tua siswa juga dirasakan sekolah dari terkumpulnya minyak jelantah setiap pekan yang akan ditukarkan ke komunitas untuk dibalas dengan pengembangan kebun toga SD Negeri 18 Dangin Puri.

Dalam sepekan, sekolah bisa mengumpulkan sampai 20 liter minyak jelantah dari siswa tanpa paksaan, karena siswa juga ingin kebun edukasinya berkembang dan diperluas.

Untuk menanamkan kecintaan siswa sekolah dasar terhadap lingkungan, sekolah juga mengajarkan mereka membuat benda bernilai dari sampah yang sehari-hari ditemukan di lingkungan kebun.

Kerajinan Sofa

Sampah yang terdiri dari botol plastik, kertas, dan kemasan makanan, dikumpulkan siswa untuk membuat sofa. Selain mengajarkan ilmu "green entrepreneur", kerajinan ini digunakan juga untuk mendukung sarana di kebun edukasi.

Disadari bahwa hal ini berawal dari permasalahan sampah di lingkungan sekolah. Kepala Sekolah SD Negeri 18 Dangin Puri I Komang Mertayasa kemudian mengajak anak-anak berperan aktif menanggulangi sampah, khususnya sampah plastik yang sekarang sudah memasuki fase darurat. 

Mulai dari siswa kelas 4 diajarkan membuat kerajinan sofa. Mereka mengumpulkan botol kemasan minuman dan di dalamnya dipadati dengan sampah plastik dan kertas, seluruh botol diikat dan diatasnya ditambahkan kain perca atau spons, kemudian ditutup dengan kain pelapisnya.

Sofa-sofa tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai tempat duduk di kebun edukasi, sehingga memudahkan siswa belajar dan menulis.

Tidak berhenti di sana, sekolah juga memberi pengetahuan soal kewirausahaan, dengan mengenalkan siswa cara promosi dan contoh-contoh pengusaha yang menghasilkan uang dari produk kerajinan serupa.

Siswa lainnya bernama Putu Agus Mertayasa juga merasakan dampak positif dari ilmu yang diberikan guru mengenai lingkungan. Kini, ia rutin mengumpulkan sampah plastik hingga minyak jelantah sisa memasak milik sang ibu di rumah.

Putu Agus, bahkan melibatkan orang tuanya untuk membuat kerajinan ini, meski belum paham cara berjualan, tapi dengan menyimpan hasil karyanya sudah membuat anak usia 9 tahun itu bangga.

Karena itu, sofa hasil kerajinannya disimpan di sekolah dan dipakai di kebun untuk keperluan duduk sambil menulis.

Kategori :