Kisah Dul Latif, Penggiat Pendidikan di Pedalaman Meratus
Masyarakat lokal di pedalaman hutan Gunung Meratus dan didukung Pemerintah Kabupaten Kotabaru, saat ini masih konsisten dalam menjaga alam dan melestarikan kawasan hutan yang menjadi bagian dari paru-paru dunia itu. Salah satunya Dul Latif. Seperti apa ceritanya?
JUTAAN nutfah mengisi alam di hutan tropis di Pegunungan Meratus menyilaukan pandangan mata nan memesona bagi yang belum pernah melihatnya.
Kearifan lokal dan budaya adat yang masih dijunjung tinggi oleh warga pedalaman menjadikan alam Meratus masih berdiri kokoh, meski di sudut bibir pegunungan mulai nampak bekas penjarahan oleh tangan-tangan jahil.
Bukan hanya untuk menjaga kelestarian alam, menjadi sebuah pilihan untuk diputuskan bahwa mereka ingin tetap tinggal jauh dari ingar-bingar perkotaan karena bagi warga pedalaman, hal itu membuatnya lebih sehat dan lebih bahagia.
Jalan setapak licin dan menanjak di puncak gunung dengan jurang yang dalam tak mampu mengubah semangat penghuninya untuk tetap tinggal RT 2 Dusun Juhu Bincatan dan RT 4 Dusun Manggun.
Dua dusun tersebut merupakan bagian dari Desa Muara Urie yang terletak di pedalaman Gunung Meratus, Kecamatan Hampang, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.
BACA JUGA:Kecewa, 7 Tahun Menunggu Manfaat Jaringan Gas
BACA JUGA:Nia Ramadhani Dipuji Netizen
Penduduk yang tinggal di dusun itu membutuhkan waktu sekitar 7--10 jam untuk menuju desa induk atau Desa Muara Urie Kecamatan Hampang, yang akses jalan menuju desa hanya bisa ditempuh menggunakan jalan kaki.
Meski demikian semua warga yang tinggal di sana merasa tenang, damai, bahkan terlihat rukun dan saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan.
Namun, ketenangan dan kedamaian yang telah tumbuh di tengah masyarakat yang tinggal di pedalaman hutan Meratus nan jauh dari perkotaan memunculkan suatu persoalan yang sangat kompleks bagi masyarakat itu sendiri.
Masyarakat di sana bayak yang putus sekolah, ada yang tidak pernah mengenyam pendidikan, bahkan ada sebagian warga ada yang tidak mengenal baca tulis akibat keterbatasan sumber daya manusia sebagai tenaga pengajar di dusun itu.
Adalah Dul Latif (28), warga Muara Urie, yang peduli terhadap nasib anak-anak yang tinggal di kaki Pegunungan Meratus. Ia merasa tersentak hatinya melihat keceriaan mereka yang tidak mengenyam pendidikan.
Memang rezeki merupakan "jatah" yang pasti dibagikan oleh Allah kepada semua mahkluk hidup yang ada di langit dan Bumi. Namun Sang Pencipta tidak akan mengubah nasib suatu kaum apabila kaum itu tidak mau mengubahnya.