Mengapa teh putih istimewa? Jika hanya punya aroma dan warna yang lebih lembut dibanding jenis teh lainnya, lantas apa bedanya teh putih?
Peneliti Pengolahan Hasil dan Enjinering (Post-Harvest and Engineering) Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Hilman Maulana menjelaskan teh putih hanya dibuat dari kuncup atau pucuk teratas daun teh yang masih menutup, atau biasa disebut peko.
Peko dipetik dengan tangan kosong dan dijaga agar tidak rusak sebelum masuk dapur produksi.
Sebagaimana umumnya varian teh lainnya, pucuk teh harus dipetik pada pagi hari hingga waktu matahari masih sepenggalah agar kuncupnya tidak segera mekar. Setelah dikumpulkan oleh pada pemetik teh, peko-peko segar akan langsung dibawa ke pabrik untuk dilayukan di bawah sinar matahari.
Dibutuhkan sekitar tiga hingga empat hari untuk melayukan pucuk teh. Namun, proses pelayuannya pun tidak asal jemur. Pucuk teh dilayukan dan dijemur hingga berwarna keabuan dengan suhu yang dijaga sekitar 60 derajat celcius.
Tanaman teh sendiri memiliki katekin, dimana kandungannya paling banyak terdapat di pucuk teh. Katekin adalah sejenis flavonoid yang punya manfaat sebagai anti radikal bebas sehingga dipercaya mampu mengurangi risiko penyakit-degeneratif seperti kanker, diabetes, dan penyakit jantung.
Dari proses pelayuan dan pengeringan, pucuk-pucuk teh putih kemudian masuk proses sterilisasi agar umur simpannya lebih panjang sebelum dikemas ke berbagai ukuran kemasan untuk dipasarkan.
"Makanya diusahakan teh putih itu tidak banyak pengolahan, tidak ada pengrusakan, dan pemanasan berlebih sehingga lebih bisa dipertahankan kandungan di pucuknya. Kalau pucuknya bagus, teh putihnya juga bagus," kata Hilman.
Beda dengan teh China
Sebagaimana tradisi minum teh yang sudah lumrah di China, varian teh putih pun sejatinya memang berasal dari daratan negeri tirai bambu. Bahkan, karena manfaatnya yang besar, sejak hampir sedekade lalu China sudah melakukan produksi massal teh putih di Provinsi Fujian.
Di Indonesia, varian teh putih sendiri memang belum banyak dikenal. Namun, bukan berarti sukar ditemukan. Pasalnya, saat ini sudah banyak perkebunan teh yang mulai melirik pangsa pasar teh putih karena harganya cukup menarik.
Bayangkan, teh putih dihargai hingga Rp1,5 juta per kg. Angka tersebut jauh di atas harga rata-rata teh varian lain yang harganya sekitar Rp80 ribu saja per kg.
Walaupun banyak saingan, PPTK, lembaga penelitian dibawah lingkup PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) yang merupakan anak perusahaan dari Holding Perkebunan Nusantara, PTPN III (Persero), mengklaim punya klon varietas khusus yang telah dikembangkan sejak 1988. Klon tersebut diklaim punya kelebihan tersendiri sehingga punya daya saing lebih tinggi.
Sampai saat ini PPTK telah memiliki 11 klon teh assamica yang terdiri dari GMB 1, GMB 2, GMB 3, GMB 4, sampai GMB 11. Adapun varietas yang paling ideal untuk produksi teh putih adalah GMB 7.
Jika teh China berasal dari tanaman teh jenis sinensis (Camellia sinensis var sinensis), maka tumbuhan penghasil teh putih di Gambung berasal dari tanaman teh jenis assamica (Camellia sinensis var. assamica).