Sebaliknya, Qatar lebih diterima oleh Hamas yang memang tergantung secara politik dan finansial kepada negara yang menjadi salah satu dari empat negara terkaya di dunia.
Qatar-lah yang menampung pemimpin-pemimpin Hamas ketika terusir dari Suriah pada 2012, setelah Hamas menentang pemerintah Bashar al-Assad dalam perang saudara Suriah.
Uang dari Qatar juga yang membantu pemerintahan di Jalur Gaza terus berjalan.
Israel sendiri tak terlalu mempercayai Qatar, tapi negara itu sebenarnya memelihara kontak dengan Qatar, lewat kantor dagang. Alhasil, Qatar dipilih menjadi mediator.
Lagi pula, AS yang memiliki pangkalan di Qatar, sulit menolak Qatar. Sudah begitu, resume Qatar dalam memfasilitasi perundingan damai terlalu menarik untuk diabaikan.
Komitmen Finansial
Namun, kadang-kadang sikap Qatar yang menerima siapa pun, dari Hamas, Ikhwanul Muslimin, sampai Taliban dan tokoh-tokoh Islam politik di Timur Tengah, membuat marah tetangga-tetangganya di Teluk.
Kemarahan itu pernah memuncak menjadi konflik diplomatik dengan Arab Saudi yang disusul dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, terutama karena simpati Qatar kepada revolusi Arab Spring yang menumbangkan sejumlah diktator di Timur Tengah.
Qatar juga dikritik karena dekat dengan Iran dan Turki yang tak terlalu dipercayai banyak negara Arab.
Baru pada 2021, konflik diplomatik antara Qatar dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya berakhir.
Semua itu ternyata makin menguatkan citra netral Qatar, sehingga makin dilihat sebagai mediator paling pas untuk menegosiasikan apa pun, termasuk jeda kemanusiaan di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel, baru-baru ini.
Kelebihan lain Qatar adalah kemampuannya dalam memberikan komitmen finansial kepada pihak-pihak berkonflik untuk memulihkan atau rekonstruksi pascakonflik.
Dalam proses mediasi sendiri, rekonstruksi pascakonflik memang sangat penting dan harus diutamakan.
Sejumlah penelitian menunjukkan mediasi yang disertai komitmen membantu secara finansial pihak-pihak terlibat konflik, menjadi mediasi yang selalu lebih baik hasilnya.
Qatar sendiri tidak hanya menjembatani pihak-pihak bertikai, namun juga menjanjikan bantuan untuk yang berkonflik.
Di Afghanistan, misalnya, Qatar memberikan bantuan senilai 50 juta dolar AS (Rp771 miliar) untuk pemerintah Taliban, selain 188 ton pangan dan obat-obatan, serta mengirimkan teknisi untuk memperbaiki Bandara Internasional Kabul.