Komunitas ini akan berperan dalam mengangkat dan menyebarluaskan narasi tentang kekayaan pangan lokal, baik dari segi budaya, sejarah, maupun potensi ekonominya.
“Kami ingin narasi tentang pangan lokal tidak hanya berhenti di ruang kelas, tapi juga hidup di tengah masyarakat. Karena itu, penguatan literasi harus dilakukan lintas sektor dan melibatkan seluruh komponen bangsa, termasuk kementerian, lembaga, dan komunitas literasi di berbagai wilayah,” pungkas Hafidz.
Langkah-langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Kemendikdasmen untuk menempatkan literasi sebagai instrumen penting dalam membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Dengan pendekatan berbasis pengetahuan, budaya, dan partisipasi aktif masyarakat, literasi pangan diharapkan dapat menjadi fondasi kuat dalam mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara pangan, mandiri dalam produksi, dan sejahtera dalam distribusi manfaatnya. (*)