Berharap Kopi Sembalun Bisa Tembus Pasar Dunia

Sabtu 03 Feb 2024 - 08:48 WIB
Editor : Adriansyah

Menjajaki Potensi Kopi dari Kaki Gunung Rinjani 

Potensi kopi Indonesia berdasarkan indikasi geografis (IG) menarik bagi pasar internasional, khususnya Eropa dan Amerika. Namun demikian,  proses pascapanen komoditas tersebut harus memenuhi standar yang dibutuhkan pasar dunia.

---

IG adalah tanda yang menunjukkan daerah asal suatu produk yang menitikberatkan pada faktor lingkungan geografis untuk meningkatkan nilai jual produk.  Faktor lingkungan geografis memberikan ciri dan kualitas pada produk yang dihasilkan. Faktor tersebut dapat berupa faktor alam, faktor manusia atau faktor keduanya.

Tuntutan pasar dunia ini membuat Kementerian Koperasi UKM berkolaborasi dengan salah satu perusahaan kopi dengan cara menjajaki 50 titik potensi dan kualitas kopi di Indonesia dengan kondisi geografis di masing-masing wilayah. Salah satunya di kawasan Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Penjajakan tersebut juga dalam rangka memberdayakan petani tradisional menjadi petani profesional.

Kementerian Koperasi UKM berkomitmen meningkatkan kapasitas pengusaha mikro kecil menengah melalui fasilitasi, sinkronisasi dan koordinasi kemitraan, pada akses pembiayaan pemasaran dan pemanfaatan teknologi.

BACA JUGA:Seribu Saksi Kawal Suara Demokrat

BACA JUGA:Anies Diberi Uang Oleh Relawan

Oleh karena itu, fokus utama pelayanan Kemenkop UKM pada mayoritas UMKM yakni petani dan nelayan. Namun demikian, perlu kolaborasi antara tiga entitas yaitu koperasi, perusahaan (PT) dan kegiatan yayasan.

CEO Coop Coffee Indonesia, Reza Fabianus saat sosialisasi dan serap aspirasi petani di  Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat, 26 Januari 2024, mengatakan bahwa penjajakan potensi kopi Sembalun dilakukan setelah sukses mengantar Kopi Kintamani, Bali, menembus bisnis kopi  Starbucks.

Starbucks Corporation adalah sebuah perusahaan kopi dan jaringan kedai kopi global asal Amerika Serikat yang berkantor pusat di Seattle, Washington.

Sejak tahun 2015, Reza yang saat itu masih di Koperasi Nasional (Kopnas) mengaku sempat mendampingi para petani kopi Kintamani mulai dari edukasi pascapanen hingga pemasaran. Harapannya saat itu adalah keinginan kuat agar kopi tersebut mampu menembus pasar dunia.

Untuk itu, diperlukan upaya terus menerus guna menjaga kualitas kopi dengan cara memberikan edukasi kepada kelompok petani, termasuk harus petik saat buah merah, pemrosesan hingga jadi green bean dan akhirnya Starbucks mau menerima kopi tersebut.

Namun demikian, karena perdagangan kopi dunia menuntut adaptasi bisnis dengan pergerakan yang cepat maka  kemudian timbul ide membangun perusahaan perdagangan kopi berbasis koperasi.

Kategori :

Terkini

Minggu 22 Dec 2024 - 22:54 WIB

Dewan Ingatkan BKPSDM

Minggu 22 Dec 2024 - 22:52 WIB

Sekda Buka Rakor Natura

Minggu 22 Dec 2024 - 22:51 WIB

Pendaftaran P3K Dibuka Akhir Desember

Minggu 22 Dec 2024 - 22:49 WIB

134 Personil Amankan Natura

Minggu 22 Dec 2024 - 22:48 WIB

Konflik Lahan Berakhir Damai