JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO – Inflasi Februari Kota Jambi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks harga pada 10 kelompok pengeluaran.
Yaitu kelompok makanan minuman dan tembakau sebesar 2,24 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,03 persen, kelompok transportasi sebesar 0,28 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,21 persen dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,04 persen.
Selanjutnya, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,12 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,02 persen, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,01 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,09 persen, kelompok penyediaan makanan, minuman dan restoran sebesar 0,12 persen.
"Yang menjadi perhatian dalam pembentukan inflasi Kota Jambi bulan Februari, andil terbesar dan sangat dominan penyumbang inflasi berasal dari kelompok pengeluaran makanan minuman dan tembakau, yaitu sebesar 2,24 persen,” kata Hendra Saputra, Kepala Bagian Ekonomi Setda Kota Jambi, Senin (4/3/2024)
Komoditas utama dari kelompok ini lanjut Hendra, memberikan andil terhadap terjadinya inflasi antara lain, beras 0,49 persen, daging ayam ras 0,48 persen, cabai merah 0,39 persen, tarif air minum PAM 0,18 persen, angkutan udara 0,17 persen dan rokok sigaret kretek mesin 0,16 persen.
BACA JUGA:CSR Masih Jadi Kendala
BACA JUGA:Ka. Kwarda Jambi Resmi Buka Sidparda Jambi Tahun 2024
“Kemudian tomat 0,15 persen, bawang putih 0,13 persen, emas perhiasan 0,08 persen, dan jeruk 0,06 persen," sebut Sekretaris TPID Kota Jambi itu.
Meski mengalami inflasi, tambah Hendra, penurunan angka inflasi ini patut disyukuri karena dalam beberapa bulan terakhir, Kota Jambi dibayangi dengan trend kenaikan signifikan beberapa komoditas Volatile Food (VF) penyumbang inflasi.
"Sejak akhir tahun hingga Februari, kita terus berjuang mengendalikan beberapa komoditas volatile food yang fluktuatif naik dan turun, seperti cabai. Namun alhamdulillah cabai tidak signifikan menyumbang kenaikan,” jelasnya.
Khusus beras, kata Dia, kenaikan harga beras premium memang dampak imbas dari el nino tahun lalu. Namun harga telah mulai berangsur turun, karena pasokan mulai stabil dan intervensi pemerintah melalui operasi pasar bersama Bulog.
“Khusus beras medium, menunjukkan hasil yang baik, mulai berdampak terhadap stabilisasi harga di pasaran," ungkap Hendra.
Hendra juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik menyikapi kenaikan harga komoditas di pasaran, yang akan berdampak pada fenomena "panic buying" di tengah masyarakat.
"Dalam kesempatan ini kami mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan termakan isu kelangkaan beras, cabai dan sebagainya, sehingga menyebabkan panic buying, yang kemudian berimbas harga naik di pasaran,” harapnya.
“Kami pastikan stok beras tersedia dan aman. Stok beras Bulog tersedia 9.100 ton, itu cukup dan aman hingga enam bulan kedepan. Begitu pula dengan minyak goreng, gula, daging beku dan tepung,” jelasnya.