Adi Junedi juga mengatakan kejadian bencana alam memang tidak bisa dielakkan.
Namun bencana ekologi terjadi karena perubahan ekosistem dimana perubahan hutan dan daerah resapan air terus mengalami degradasi.
Dari analisis yang dilakukan KKI Warsi, terlihat areal terbuka terpantau seluas 160.105 hektare di berbagai fungsi kawasan di Jambi.
Lahan terbuka ini membuat berkurangnya daerah resapan air, sehingga saat curah hujan tinggi, banjir tidak terelakkan dan ditambah sedimentasi yang terakumulasi di alur-alur sungai.
“Ramadhan kali ini hendaknya menjadi momentum bagi kita untuk berefleksi terkait lingkungan kita yang telah tampak kerusakan terjadi dari hulu hingga hilir,” kata Adi Junedi.
Setiap orang memiliki peranan penting dalam penjagaan lingkungan seperti kolaborasi banyak pihak mencegah kerusakan hutan dan lingkungan dan memulihkan kawasan yang mengalami kerusakan.
BACA JUGA:Saat Menyedap Karet, Warga Ladang Panjang Diserang Beruang Liar
BACA JUGA:Kemenag Jambi Diminta Cek, Ponpes Harus Punya Guru Psikologi
as"Serta sumbangsih sekecil apapun dalam menjaga lingkungan dari setiap individu adalah kontribusi yang berarti dalam selamatkan bumi untuk kini dan nanti," katanya. (*/ant)