Disinggung terkait pembangunan lainnya yang belum sama dengan maket seperti tak adanya lantai 2 di mall bagian depan JBC, Mario menyatakan masih proses negosiasi dengan calon penyewa toko (tenant).
Maket pembangunan JBC. --
"Lantai atasnya masih dipasarkan. Tahap negosiasi dengan tenant-tenant. Kita masih rapat menyesuaikan design dengan kebutuhan anchor tenant," akunya.
Adapun untuk sejauh ini, diterangkan Mario, pembangunan JBC yang merupakan objek kerjasama di atas bangunan Pemprov itu ditargetkan beroperasi 2027. Dan saat ini sudah berprogres baik.
"Mall realisasinya sudah 20 persen, dan Ruko 36 persen," sebutnya.
BACA JUGA:Jika Ada Kejanggalan Soal JBC, Dewan Persilakan Konsumen Mengadu ke DPRD
Sebelumnya dari pantauan Jambi Ekspres, maket kawasan JBC sangat mewah.
Namun saat ini belum sesuai dengan konsep replika bangunan itu, bahkan banyak penambahan seperti lapangan mini soccer yang saat ini tengah digarap.
Sementara itu, pengamat ekonomi dan kebijakan publik Jambi Noviardi Ferzy kepada Jambi Ekspres mengatakan JBC seharusnya memiliki konsep bisnis yang jelas.
"Dari awal JBC tidak memiliki konsep bisnis yang jelas akan penggunaan lahan, dulu katanya akan dibangun hotel, gedung pertemuan, mall. Tapi nyatanya hanya sebatas ruko, dalam hal ini Pemrov gagal mendapatkan pengembang yang bonafid dalam mengelola lahan tersebut," ujar Akademisi STIE Jambi ini.
Ia juga berharap JBC tak merugikan konsumen. Yakni menjelaskan status bangunan yang hanya Hak Guna Bangunan (HGB).
BACA JUGA:Pengembang Diminta Jujur ke Konsumen, Ruko JBC Hanya HGB
BACA JUGA:JBC Terbukti Langgar K3
Sebab toko atau bangunan tak bisa dimiliki lantaran berdiri di atas tanah Pemerintah Provinsi Jambi yang diikat dengan kontrak kerjasama selama puluhan tahun saja.
Terpisah, menurut Direktur Eksekutif Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sembilan Jamhuri, Jambi Bussines Centre (JBC) terkesan menjadi lumbung persoalan hukum yang dimulai dengan persoalan atas hak lahan.