Lenong Denes menggunakan peranti pertunjukan serbaresmi atau halus, sedangkan Lenong Preman dari segi bahasa, kostum, dan alur ceritanya yaitu tentang keseharian masyarakat pada umumnya.
Meskipun pada saat pertunjukan menggunakan bahasa resmi, itu tidak menghilangkan ciri khas seni budaya Betawi. Bahkan para penonton yang menyaksikan ikut larut dalam cerita dan sesekali tertawa geli karena ulah para pemeran.
Melihat seni pertunjukan memang menjadi sensasi tersendiri pada era serba-digital seperti sekarang ini. Hingga tidak terasa sudah 2 jam menyimak cerita yang dibawakan oleh para pelaku seni di UPK PBB Setu Babakan.
Melestarikan Seni Budaya
Pertunjukan seni budaya di UPK PBB Setu Babakan merupakan langkah Pemerintah untuk melestarikan warisan budaya takbenda yang dimiliki oleh DKI Jakarta, agar nantinya tidak hanya menjadi kenangan tanpa ada sang penerus.
Pemerintah Kota Jakarta Selatan berupaya melestarikan seni dan budaya Betawi dengan mengadakan pelatihan dan juga pergelaran untuk para pelaku seni. Saat ini, sanggar seni budaya di Jakarta Selatan kurang lebih berjumlah 400 unit, dengan total pelaku seni mencapai lebih dari 2.000 orang.
Para pelaku seni tersebut memang memerlukan pembinaan supaya warisan leluhur bisa terus dilestarikan dan dinikmati oleh anak cucu kelak. Seni budaya khas Betawi yang dimaksud yaitu tari, palang pintu, lenong, dan lainnya yang memang menjadi ciri khas Jakarta.
Pemerintah mengakui bahwa tidak semua sanggar seni yang berada di Jakarta Selatan bisa tertampung, tetapi yang pasti mereka terus diberdayakan, agar tidak punah di kemudian hari.
"Kami memberdayakan para pelaku seni dengan mengadakan pelatihan, festival, juga pergelaran seni," kata Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan Rusmantoro ketika berbincang dengan ANTARA.
Rusmantoro yang juga Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB) Setu Babakan mengatakan bahwa setiap akhir pekan Pemerintah rutin menampilkan pertunjukan khas Betawi seperti tari, musik, lenong, dan lainnya di UPK PBB.
Pertunjukan itu bukan sekadar memberikan hiburan kepada wisatawan yang berkunjung. Langkah tersebut diambil demi melestarikan seni budaya khas Betawi.
Para seniman yang tampil di panggung hiburan tersebut sudah dijamin pendapatannya oleh Pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI Jakarta sehingga wisatawan dan masyarakat tidak dikenakan biaya.
Harapan Pelaku Seni
Pemerintah memang telah menyediakan APBD untuk melestarikan seni budaya di Jakarta, namun lokasi untuk menampung para seniman di DKI saat ini baru ada hanya satu, yaitu di UPK PBB Setu Babakan. Tentu jumlah itu belum sebanding dengan para pelaku seni.
Padahal banyak lokasi di DKI Jakarta yang bisa digunakan untuk menampung para seniman berkreasi dan mempertontonkan kepada masyarakat luas, seperti di jalan protokol, gedung kesenian, Taman Ismail Marzuki, Ancol, pusat perbelanjaan, hotel, dan lain sebagainya.
Wakil Ketua Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi Yahya Andi Saputra mengatakan bahwa pelaku seni budaya khas Betawi di DKI Jakarta sangat banyak, sedangkan Pemerintah hanya menyediakan satu pertunjukan di Kampung Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan.