Punya 4 Pembangkit, 1 Pembangkit Bisa Memproduksi 1.070 MW Listrik

Rabu 03 Apr 2024 - 20:03 WIB
Editor : Jurnal

Mengglobal

Dalam pembukaan pameran dan forum industri nuklir global ATOMEXPO 2024 yang digelar di Kota Sochi, 25 Maret lalu, Direktur Jenderal Rosatom Alexei Likhachev menyebut bahwa Rusia akan membangun lebih dari 40 unit PLTN dalam 20 tahun ke depan.

Dengan begitu diharapkan pangsa PLTN dalam bauran energi nasional bisa mencapai 25 persen.

Dalam hal transformasi kualitatif, tujuan Rosatom adalah transisi dari reaktor generasi III+ ke generasi IV, dengan diversifikasi skala unit mulai dari kecil, menengah, hingga besar.

“Untuk mencapai tonggak sejarah ini, kita perlu menyelesaikan perdebatan politis tentang baik atau buruknya tenaga nuklir, melakukan dialog profesional yang terbuka, dan menggunakan pendekatan komprehensif terhadap proyek nuklir,” ujar dia.

“Penting bagi ‘anggota keluarga’ nuklir global, termasuk 75 negara yang hadir dalam ATOMEXPO, untuk mengupayakan agar pengetahuan dan teknologi nuklir tersedia bagi semua orang (di dunia),” tutur Alexei.

Secara global, teknologi nuklir Rosatom telah hadir di sejumlah besar negara seperti Turki, Mesir, India, Bangladesh, China, dan Belarusia. Perusahaan Rusia tersebut juga menjajaki kerja sama dengan negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) RI telah mengundang partisipasi para pelaku industri nuklir global untuk bekerja sama mengembangkan reaktor nuklir generasi IV di Indonesia.

Menurut Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Topan Setiadipura, reaktor yang paling sesuai untuk dikembangkan di Indonesia adalah yang berpendingin gas suhu tinggi (HTGR) karena sangat aman, ekonomis, dan minimum limbah.

Untuk itu, selama penyelenggaraan ATOMEXPO 2024, dia memaparkan rencana Indonesia membangun teknologi HTGR pebble bed berkapasitas 40MWt yang dinamakan PeLUIt-40.

“Harapannya BRIN bisa melakukan joint development. Kalau untuk teknologi yang BRIN kembangkan, (mitra) yang cocok itu Rosatom (Rusia) atau China,” kata Topan ketika ditemui di sela-sela forum pada Senin (25/3).

Dalam hal ini, BUMN nuklir Rusia itu turut berperan dalam sejarah pengembangan reaktor generasi IV di Indonesia dengan melakukan transfer desain konseptual HTGR pebble bed pada 2015-2016.

BRIN disebutnya telah mengajukan anggaran pengembangan teknologi HTGR kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebesar Rp2 triliun, untuk proses pengerjaan yang diperkirakan sekitar 5 tahun.

HTGR adalah jenis reaktor generasi IV yang mampu beroperasi pada suhu sangat tinggi dan menggunakan gas sebagai pendingin serta grafit sebagai moderator reaktornya. Selain dianggap lebih aman, reaktor tersebut juga mampu menghasilkan panas yang dapat digunakan dalam industri, misalnya, untuk produksi gas hidrogen.

Menanggapi peluang kerja sama tersebut, Rosatom menyatakan siap berbagi pengalaman dengan Indonesia dalam pengembangan teknologi nuklir untuk mendukung transisi ke energi bersih.

“Kami percaya nuklir adalah masa depan, karena hanya dengan nuklir kita bisa menghadapi perubahan iklim dan mewujudkan dunia dengan nol emisi karbon,” kata Perwakilan Rosatom di Indonesia Anna Belokoneva, yang ditemui ANTARA di sela-sela forum.

Kategori :